
Arisal Aziz anggota Komisi XIII DPR RI meminta Erick Thohir Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) mengehentikan program naturalisasi pemain, jika timnas Indonesia gagal lolos putaran Final Piala Dunia 2026.
Permintaan ini disampaikan Arizal dalam rapat kerja Komisi XIII DPR bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Kementerian Hukum (Kemenkum), dan PSSI akhir Agustus lalu.
Dia mengaku khawatir dengan kebiasaan naturalisasi yang sering dilakukan jelang turnamen besar. Menurutnya, kalau target Piala Dunia 2026 gagal tercapai, program naturalisasi yang selama ini digalakkan PSSI seperti sia-sia.
Menurut Arisal, DPR selama ini selalu menyetujui permintaan naturalisasi, tapi tidak setuju kalau kebijakan itu terus-menerus menjadi solusi utama tanpa adanya evaluasi mendalam terhadap dampaknya bagi pemain lokal.
Lalu, apakah publik setuju atau tidak dengan penghentian program naturalisasi, kalau Indonesia gagal lolos Piala Dunia 2026?
Dalam diskusi di program Wawasan Polling Suara Surabaya, Kamis (4/9/2025), terdapat hasil polling yang berbeda antara pendengar Radio Suara Surabaya dan pengikut Instagram Suara Surabaya.
Mayoritas pendengar Radio SS tidak setuju program naturalisasi dihentikan jika Indonesia gagal lolos Piala Dunia 2026.
Berdasar data polling yang masuk via WhatsApp dan telepon, 60 persen atau 84 pendengar memilih tidak setuju. Sedangkan 40 persen atau 57 pendengar, memilih setuju.
Sementara berdasar data dari Instagram @suarasurabayamedia, sebanyak 67 persen atau 927 orang setuju program naturalisasi dihentikan jika Indonesia gagal lolos Piala Dunia 2026. Sedangkan 33 persen sisanya atau 455 suara, menyatakan tidak setuju.
Gabriel Budi Liminto Football Player Agent, Player Advisor, dan Sport Agent di Indonesia mengaku tidak setuju jika program naturalisasi pemain harus dihentikan.
“Menurut saya, naturalisasi sah saja dilakukan. Tapi harus sesuai koridor yang berlaku yakni, peraturan FIFA dan Negara Indonesia,” katanya saat onair, Kamis (4/9/2025).
Budi menerangkan, untuk melakukan naturalisasi, setidaknya pemain tersebut harus memenuhi tiga poin sebagai syarat utama.
“Pertama, harus memiliki jiwa untuk membela Indonesia. Kedua, posisinya harus benar-benar dibutuhkan tim. Dan yang ketiga, harus mau transfer ilmu ke pemain lokal,” jelasnya.
Selama ini, lanjut Budi, mungkin PSSI terkesan merekrut pemain naturalisasi menjelang perhelatan besar. Seperti yang saat ini sedang dihadapi dan diperjuangkan adalah Piala Dunia 2026.
Menurut Budi, merekrut pemain naturalisasi jelang laga besar dan untuk posisi penting, itu wajar dilakukan.
“Seperti saat kita merekrut Marteen Paes dan Emil Audero untuk posisi goal keeper. Secara postur dan potensi mereka bagus. Juga Jay Idzes yang bertugas sebagai jenderal di belakang,” ungkapnya.
“Kalau targetnya untuk lolos Piala Dunia, saya rasa masih wajar merekrut pemain dan mengisi posisi krusial,” tambahnya.
Budi menjelaskan, secara umum level permainan para pemain naturalisasi bisa dibilang cukup bagus. Karena sepak bola adalah bagian dari proses.
“Sehingga kita tidak bisa judge pemain based on dia sudah main berpaa kali. Karena ada yang datang langsung sukses, ada yang perlu adaptasi,” tuturnya.
Terakhir, Budi berharap rencana mendatangkan pemain naturalisasi ke depannya harus mementingkan tiga poin yakni, cinta Indonesia, sesuai kebutuhan, dan harus melakukan transfer ilmu.(kir/ipg)