
Seluruh kandidat calon presiden dan wakil presiden harusnya tak hanya menyampaikan visi dan misi melainkan juga mendetailkan nama para menteri yang mereka susun jika kelak terpilih dalam pemilihan presiden 9 Juli mendatang.
“Jadi masyarakat tak lagi memilih kucing dalam karung. Kalau mulai sekarang detail disebut kan enak,” kata Maulana Surya Kusuma, pengajar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember, Rabu (21/5/2014).
Dia mencontohkan, setiap calon, harusnya mulai sekarang menyusun nama-nama menteri dan mengumumkannya ke publik sehingga pemilih bisa melihat wajah kabinet yang akan menjalankan pemerintahan ke depan.
Dengan kabinet yang diumumkan ke publik, maka pemilih diharapkan bisa mencermati apakah tokoh yang masuk kabinet sudah sesuai dengan visi dan misi, atau hanya sekadar bagi-bagi kursi.
Sementara itu Juwita Hayyuning Prastiwi, Pengajar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang mengatakan calon presiden dan wakil presiden juga harus mempertimbangkan jumlah partai politik pendukung.
“Kalau terpilih dan tak didukung parlemen juga akan sama saja karena kerjanya juga akan terus diganggu parlemen,” kata Juwita.
Meski begitu, bukan berarti partai penyokong harus dominan karena dalam sejarah Indonesia tak pernah memiliki oposisi yang kuat. Asalkan presiden dan wakil presiden merupakan tokoh yang mampuni, maka dukungan partai yang minim tak masalah karena tetap mampu mengamankan posisinya di parlemen. (fik)