Minggu, 16 Juni 2024

Jokowi Diingatkan Tidak Gegabah Menarik Chatib Basri ke Kabinet

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan

Suara-suara tentang perlunya reshuffle kabinet semakin kencang seiring dengan buruknya tim ekonomi Jokowi. Desakan reshuffle pun muncul terutama untuk merombak pos kementerian ekonomi.

Nama M Chatib Basri juga mulai santer disebut agar masuk ke kabinet menjadi Menteri Keuangan. Chatib yang juga pernah menjadi Menteri Keuangan, digadang-gadang untuk masuk kabinet lagi demi perbaikan kinerja pemerintah saat ini di bidang ekonomi.

Namun, Jokowi presiden diingatkan agar tidak gegabah menarik Chatib masuk kabinet. Sebab, masuknya akademisi Universitas Indonesia (UI) itu ke kabinet justru dikhawatirkan akan menjauhkan kebijakan pemerintah dari cita-cita Trisakti dan Nawacita.

Menurut Agus Priyanto peneliti di lembaga Lingkar Study Perjuangan, prestasi Dede -panggilan Chatib- saat jadi menteri keuangn di era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebenarnya tidak istimewa. Agus menilai Chatib memanjakan pasar daripada kepentingan rakyat luas.

“Chatib Basri yang sudah dikenal luas dengan pernyataannya tentang “kantongi nasionalismu”. Ini jelas-jelas akan bertentangan dengan cita-cita Trisakti dan Nawacita yang mengharapkan kehadiran peran negara di tengah-tengah rakyatnya,” ujar Agus, Senin (13/7/2015).

Menurutnya, Chatib yang pernah menjadi komisaris di Astra memiliki rekam jejak yang kontraproduktif bagi sektor transportasi publik ketika sebagai Menkeu menurunkan tarif impor komponen dan spareparts untuk industri mobil kutu atau LCGC (low cost green car). Akibatnya, penjualan mobil kutu di dalam negeri melonjak dari nol menjadi 150.000 unit hanya untuk tahun 2014.

“Jadi bukan mencari jalan untuk mengembangkan transportasi publik, malah melakukan pengurangan pajak impor spareparts dan komponen mobil kutu yang membuat kota-kota besar di Indonesia tambah macet,” tegasnya.

Di sisi lain, imbas kebijakan itu adalah melonjaknya impor komponen dan spareparts LCGC sehingga current account defisit makin besar. Chatib juga dituding meninggalkan quatro déficits yang terdiri dari defisit neraca perdagangan, defisit neraca pembayaran, defisit transaksi berjalan dan defisit APBN.

“Rupiah pun semakin rontok dan Chatib mewariskan masalah quatro deficits kepada Jokowi,” papar Agus.

Untuk itu, Agus juga mengingatkan Jokowi presiden bahwa Chatib merupakan ekonom asli neoliberal yang membenci nasionalisme. Sehingga wajar bila muncul anggapan bahwa Chatib merupakan ekonom yang anti-Trisakti dan bahkan tak mau membela nasionalisme.

“Jadi apakah orang yang menciptakan masalah warisan ekonomi, anti-Trisakti dan diragukan nasionalismenya itu yang akan disetujui oleh Jokowi untuk mewujudkan cita-cita Trisakti dan Nawacita? Atau Jokowi akan mencari sosok alternatif yang memiliki keberpihakan nyata terhadap ekonomi kerakyatan dan memiliki track record bersih serta memiliki kemampuan dan jaringan luas di internasional untuk mengatasi potensi krisis yang berpengaruh dalan perekonomian nasional?” tandas Agus.

Ia menambahkan, usia pemerintahan saat ini sudah lebih 6 bulan. Kini, katanya, mayoritas rakyat juga sudah mulai mengerti dengan beberapa kebijakan Jokowi yang sangat mengecewakan.

“Jika Pak Jokowi tidak segera membenahi kabinet, kewibawaan pemerintahan dan kepercayaan rakyat secara perlahan namun pasti segera sirna,” pungkasnya.(faz/ipg)

Berita Terkait

..
Surabaya
Minggu, 16 Juni 2024
29o
Kurs