Prof. Siti Zuhro peneliti dan pengamat politik Lembaga Ilmu Pengertahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok merupakan calon Gubernur DKI incumbent yang cerdik.
Dalam arti Ahok bisa memanfaatkan momen merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap partai politik akibat ulah wakil rakyat di lembaga legislatif.
Serangan bertubi-tubi yang ditujukan pada Ahok dari lawan politiknya justru akan menguatkan posisinya.
Tapi Ahok masih bisa dikalahkan, asal tahu caranya. Untuk mengalahkan Ahok, harus menggunakan cara yang elegan, cerdas dan cerdik bukan dengan amarah dan isu Sara.
Siti Zuhro melihat Ahok sebuah fenomena yakni seorang Gubernur yang berani menantang anggota DPRD buka-bukaan soal harta kekayaan. Memutuskan maju melalui jalur independent karena Parpol maharnya mahal melebihi harta kekayaan pribadinya.
Ahok pernah menghitung, kalau lewat parpol biaya yang harus disiapkan sampai saat pemilihan sekitar Rp200 miliar untuk partai besar seperti PDI Perjuangan. Biaya itu untuk kegiatan partai sampai tingkat kelurahan yang jumlahnya sekitar 260 ranting. Sedang laporan harta kekekayaan Ahok di KPK sebagai pejabat negara sekitar Rp21 miliar.
“Belum ada calon kepala daerah, Gubernur, Bupati dan Walikota yang berani bicara soal mahar parpol secara terbuka seperti itu,” kata peniliti LIPI.
Sejak itu DPR akan memperberat syarat calon independent melalui perubahan UU Pilkada.
Fadli Zon wakil ketua DPR RI, tidak sependapat dengan pemikiran ilmuwan LIPI ini.
“Perubahan UU Pilkada bertujuan, supaya pelaksanaan Pilkada serentak ke depan lebih lagi, tidak untuk jegal-menjegal,” kata politisi Gerindra.
Soal mahar, waktu Gerindra mencalonkan Jokowi sebagai calon Gubernur-wakil Gubernur DKI tidak ada mahar. “Malah Gerindra yang nomboki,” kata Fadil Zon.
Ahok menghormati Nasdem, PKB, PAN dan PKS dan Hanura yang berniat mendukungannya. Namun calon Gubernur DKI incumbent ini tetap memilih jalur independent sesuai keinginan teman Ahok. (jos/dwi)
NOW ON AIR SSFM 100
