Setelah berbulan-bulan berseteru dan saling sindir di ruang publik, Donald Trump Presiden Amerika Serikat (AS) dan Zohran Mamdani Wali Kota New York City terpilih, justru tampil akrab dalam pertemuan di Gedung Putih, Jumat (21/11/2025) waktu setempat.
Keduanya saling bertukar pujian dan sepakat bekerja sama dalam isu kriminalitas serta biaya hidup di kota terbesar AS itu.
Pertemuan tersebut pun mengagetkan publik, karena Trump yang merupakan miliarder Republikan berusia 79 tahun, selama ini kerap berseberangan dengan Mamdani, politikus 34 tahun yang dikenal sebagai sosialis Demokrat.
Dalam beberapa kesempatan, Trump bahkan sempat melontarkan tuduhan palsu, menyebut Mamdani sebagai komunis antisemit. Namun tatkala bertemu langsung, keduanya terlihat akur dan penuh senyum.
“Kita sepakat dalam lebih banyak hal daripada yang saya kira. Kami punya satu kesamaan: kami ingin kota ini—kota yang kami cintai—berjalan dengan sangat baik,” ujar Trump di hadapan media setelah pertemuan tertutup di Oval Office, seperti dikutip Reuters.
Trump sebelumnya memprediksi pertemuan tersebut hanya akan berlangsung “cukup sopan.” Namun suasana justru hangat dan bersahabat, berbeda dengan momen ketika Trump kerap mempermalukan tamu-tamunya di ruangan yang sama.
Mamdani kemudian mengapresiasi kesediaan Trump untuk fokus pada tujuan bersama dibanding memperbesar perbedaan pandangan.
“Yang benar-benar saya hargai dari presiden adalah pertemuan ini tidak berfokus pada perbedaan, yang jumlahnya banyak, tetapi pada tujuan bersama kami melayani warga New York,” katanya.
Menurut survei Reuters/Ipsos, hanya 26 persen warga AS yang menilai Trump berhasil mengatasi masalah biaya hidup. Sementara Mamdani memenangkan pemilihan dengan kampanye pembekuan harga sewa serta transportasi dan layanan penitipan anak gratis, agenda yang membawa banyak kemenangan bagi Partai Demokrat bulan ini.
Meski demikian, Trump terlihat bersemangat saat Mamdani menyatakan perlunya pembangunan lebih banyak hunian di New York. Ia juga senang mendengar bahwa sebagian pemilih Trump tahun lalu turut memilih Mamdani.
“Ketika kami berbicara dengan pemilih Trump Presiden , mereka bicara soal biaya hidup,” kata Mamdani.
Trump pun menanggapi, “Beberapa idenya sama dengan ide saya. Semakin baik dia bekerja, semakin saya senang.”
Saling Ejek di Masa Lalu Kini Jadi Bahan Tawa
Dalam masa kampanye, Trump sempat mengancam mencabut dana federal untuk New York jika Mamdani menang. Mamdani pun dikenal mengkritik keras agenda pengetatan imigrasi Trump di kota yang 40 persen penduduknya lahir di luar AS.
Trump bahkan pernah menyebut Mamdani sebagai “radical left lunatic,” komunis, dan “pembenci Yahudi.”
Padahal Mamdani adalah sosialis demokrat ala Nordik, yang didukung politisi Yahudi, mengangkat staf Yahudi di administrasinya termasuk menunjuk Jessica Tisch sebagai Komisaris Kepolisian dan berulang kali mengecam antisemitisme.
Namun hanya kurang dari satu jam setelah bertemu, Trump beberapa kali malah membela Mamdani dari pertanyaan tajam wartawan.
Ketika seorang reporter mengingatkan Mamdani pernah menyebut Trump fasis, Trump menyela sambil bercanda, “Tidak apa-apa, kamu bisa bilang ‘iya’. Itu lebih mudah daripada menjelaskan.”
Mamdani, yang lahir di Uganda dan akan menjadi wali kota Muslim pertama New York, juga menerima pembelaan langsung dari Trump ketika seorang wartawan bertanya apakah ia percaya bahwa Mamdani adalah “jihadis.”
“Tidak, saya tidak percaya. Saya bertemu dengan seorang pria yang sangat rasional,” jawab Trump.
Sikap hangat Trump membuat sejumlah politikus dan komentator terkejut. Beberapa Republikan tetap menyatakan tidak percaya pada Mamdani, sementara Demokrat progresif seperti Rashida Tlaib mengaku bingung, menulis, “Apa yang baru saja terjadi?” di media sosial disertai klip keakraban keduanya.
Trump, yang pernah pindah domisili dari Manhattan ke Florida setelah masa jabatan pertamanya, bahkan ditanya apakah ia akan kembali tinggal di New York jika dipimpin Mamdani. Trump menjawab, “Ya, saya akan. Terutama setelah pertemuan ini.” (bil/faz)
NOW ON AIR SSFM 100
