
PDI Perjuangan kembali mengingatkan pentingnya penulisan sejarah yang sesuai dengan fakta, bukan berdasarkan kepentingan politik penguasa.
Hal itu disampaikan Djarot Saiful Hidayat Ketua DPP PDIP seusai Upacara Hari Lahir Pancasila di Sekolah Partai, Jakarta, Minggu (1/6/2025).
Dalam keterangannya, Djarot menyoroti bagaimana pada masa Orde Baru, Hari Lahir Pancasila sempat dilarang untuk diperingati. Ia menyebut pelarangan itu terjadi usai wafatnya Soekarno Presiden pertama RI.
“Hari Lahir Pancasila itu sempat dilarang pemerintah Orde Baru, lewat Kopkamtib, sekitar tahun 1970. Itu semua berangkat dari penulisan sejarah versi Prof. Nugroho Notosusanto, yang menyatakan 1 Juni bukan Hari Lahir Pancasila,” kata Djarot.
Ia menegaskan bahwa pandangan itu kemudian diluruskan oleh banyak sejarawan yang menekankan bahwa pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945 adalah tonggak lahirnya Pancasila sebagai dasar negara.
“Ini kemudian dilawan, diluruskan oleh para sejarawan. Maka penting sekali bagi kita sekarang untuk tidak menulis sejarah berdasarkan kepentingan politik,” ujarnya.
Lebih jauh, Djarot meminta agar sejarah ditulis secara jujur dan terbuka. Ia menyayangkan bila masih ada upaya menyembunyikan atau mengaburkan fakta sejarah.
“Tolong, penulisan sejarah itu benar-benar sesuai fakta. Jangan ‘his story’, cerita versi yang menang. Tapi cerita perjuangan bangsa kita secara utuh,” tegasnya.
“Jangan ditutup-tutupi. Jangan disimpangkan. Kalau sejarah ditulis dengan cara begitu, generasi muda akan kehilangan jati dirinya,” tambahnya.
Soal penghapusan istilah seperti Orde Lama dalam buku sejarah versi pemerintah yang sempat jadi perbincangan, Djarot memilih menyerahkan hal tersebut kepada para sejarawan.
“Kalau istilah Orde Lama, Orde Baru, kita serahkan ke para ahli sejarah. Masa Bung Karno disebut Orde Lama, masa Soeharto Orde Baru, sekarang masa reformasi, nanti entah disebut apa lagi. Tapi semuanya bagian dari sejarah bangsa ini,” pungkas Djarot.
PDI Perjuangan dalam beberapa tahun terakhir terus mendorong pelurusan sejarah, terutama terkait peran Bung Karno dan peristiwa-peristiwa penting yang membentuk identitas kebangsaan Indonesia.(faz/iss)