Selasa, 21 Oktober 2025

Meramal Gejala Politik Rezim Prabowo-Gibran Empat Tahun ke Depan Lewat Dirty Vote II

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Sampul film dokumenter Dirty Vote II O3. Foto: YouTube

Film dokumenter Dirty Vote II O3 garapan Dhandy Dwi Laksono sutradara sudah dirilis Senin (20/10/2025) kemarin tepat satu satu pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka Presiden dan Wakil Presiden RI.

Lewat film ini Dandhy ingin berbagai pandangan kepada masyarakat tentang gejala politik yang dialami Indonesia di bawah rezim Prabowo-Gibran.

Film dokumenter ini menampilkan analisis gejala politik yang dipaparkan tiga pengajar dan peneliti antara lain Bivitri Susanti, Feri Amsari dan Zainal Arifin Mochtar. Film ini diproduksi berdasarkan riset yang melibatkan peneliti dan aktivis, kemudian pemberitaan media.

Dandhy menjelaskan tujuan pembuatan film ini untuk melihat arah politik Indonesia dalam empat tahun ke depan menjelang Pemilu 2029.

“Kita ingin melihat arah politik Indonesia. Karena kemarin Dirty Vote pertama kayak sudah telat gitu ya ngasih peringatan tentang bagaimana kecurangan yang sistematis terjadi. Jadi sekarang kita mau baca Pemilu 2029 akan seperti,” ujar Dandhy dihubungi suarasurabaya.net, Selasa (21/10/2025).

Keluhan sulitnya ekonomi dari semua level masyrakat dan minimnya lapangan pekerjaan juga menjadi alasan film ini dibuat. Dandhy menilai ada gejala politik yang sedang dialami Indonesia.

“Semua orang ngeluh ya dari mulai yang atas terutama yang menengah yang banyak dipajekin paling gede gitu ya. Terus yang di bawah walaupun dapat bansos yang kami sebut politik gentong babi, tapi pada akhirnya juga cepat lenyap semua bantuan sosial karena dihisap oleh harga-harga tinggi kemudian minimnya pekerjaan gitu jadi kayak enggak ada gunanya terima itu semua gitu,” katanya

“Keluhan yang merata di semua level ini, ini sebenarnya gejala apa? Jadi sebenarnya kalau semuanya ngeluh, siapa yang sebenarnya yang diuntungkan gitu. Gitu kira-kira tujuan kenapa kami akhirnya bikin Dirty Vote yang kedua ini,” sambungnya.

Kemudian film ini juga menyajikan analisa yang disebut O3 atau otot, otak, ongkos. Dandhy menjelaskan istilah O3 itu sebagai kartu-kartu politik Prabowo-Gibran dengan merangkul sejumlah istitusi mulai dari aparat hingga parpol untuk menjaga kekuasaan.

Menurut Dandhy kekuasaan Prabowo-Gibran yang disebut melakukan kecurangan sistematis dalam film Dirty Vote I memiliki legitimasi yang rendah.

Hal itu terbukti dengan belum genapnya satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran namun sudah ada gejolak aksi demo hingga kerusuhan pada akhir Agustus dan awal September 2025 kemarin.

“Kami sudah memprediksi bahwa pemerintahan yang khas dihasilkan dari pemilu yang seperti itu, dari nepotisme dan segala macam, ngakali konstitusi, melanggar etik. Itu pasti legitimasinya rendah, belum setahun sudah banyak banget kejadian-kejadian,” jelasnya.

“Itu enggak pernah terjadi itu. kekacauan kayak begitu terhadap pemerintah yang belum setahun. Jadi ini gejala apa sebenarnya? Akhirnya ya kita simpulkan bahwa karena memang legitimasinya rendah maka semua kebijakannya enggak dapat dukungan gitu kira-kira,” imbuhnya.

Oleh karena itu Dandhy menyebut pemerintahan Prabowo-Gibran memerlukan 03 untuk menjaga kekuasaan mereka.

“Karena enggak dapat dukungan dia perlu memperkuat O3 tadi itu. Dia perlu buat otot polisi dan tentara kemudian otaknya lewat hukum perangkat hukum gimana caranya peraturan perundang-undangan mendukung rezim kayak undang-undang TNI, BUMN dan Danantara dan segala macam. Dia harus menguasai parlemen, harus menguasai koalisi besar dan itu butuh ongkos semua itu,” jelasnya.

Penulis buku #ResetIndonesia itu juga berpesan kepada masyarakat saat menonton film Dirty Vote II 03 agar lebih santai sambil meminum kopi dan menyemil kacang supaya tetap fokus karena durasinya cukup lama, yakni empat jam. Film ini bisa diakses lewat channel Youtube Dirty Vote.

“Empat jam durasinya jadi santai saja nontonnya disambi ngopi, sambil sambil makan kacang gitu ya. Jadi ditonton pelan-pelan saja tapi fokus. Mungkin tips dari saya itu saja untuk para penonton enggak enggak usah buru-buru ini masih 4 tahun masih panjang ceritanya jadi santai saja ditonton pelan-pelan yang penting bisa diresapi,” tuturnya.(wld/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Surabaya
Selasa, 21 Oktober 2025
25o
Kurs