
Yahya Cholil Staquf Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melakukan kunjungan resmi ke Berlin dan bertemu dengan Thomas Rachel, Komisaris Pemerintah Federal Jerman untuk Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan.
Pertemuan berlangsung di kantor Kementerian Luar Negeri Jerman dan menjadi momen penting untuk membahas kerja sama strategis di ranah kemanusiaan dan perdamaian global.
Gus Yahya hadir didampingi Amin Said Husni Wakil Ketua Umum PBNU serta H. Muhammad Kholil Penasihat Khusus Urusan Internasional.
Dalam pertemuan yang berlangsung hangat dan penuh semangat kolaboratif tersebut, kedua pihak bertukar pandangan mengenai peran strategis NU dan Indonesia dalam membentuk masa depan dunia yang lebih inklusif.
Satu di antara topik utama yang dibahas adalah Gerakan Global Religion of Twenty (R20) sebuah inisiatif PBNU yang pertama kali diperkenalkan pada Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali tahun 2022.
Gus Yahya menjelaskan bahwa melalui R20, NU mendorong agar agama-agama dunia tidak hanya dilihat sebagai identitas kultural atau sumber konflik, tetapi sebagai elemen penting dalam membangun solusi atas tantangan peradaban masa kini.
“Agama harus menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah. R20 adalah panggilan untuk menjadikan nilai-nilai spiritual sebagai landasan bagi perdamaian dan keadilan global,” ujar Gus Yahya.
Dalam forum tersebut, Gus Yahya juga menyinggung pentingnya pengalaman Indonesia dalam merawat keragaman dan persatuan.
Ia memaparkan empat konsensus kebangsaan Indonesia yakni NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika yang terbukti mampu menjaga harmoni di tengah masyarakat yang sangat majemuk.
“Indonesia telah menunjukkan bahwa keberagaman dapat menjadi kekuatan, bukan ancaman. Model ini layak menjadi rujukan dunia internasional dalam menciptakan tatanan global yang lebih damai dan toleran,” tegasnya.
Thomas Rachel menyambut baik pemaparan Gus Yahya. Ia menyatakan apresiasinya terhadap kiprah NU sebagai organisasi Islam terbesar di dunia yang konsisten mempromosikan nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan kemanusiaan.
Pertemuan ini ditutup dengan kesepakatan untuk memperkuat jejaring dan merintis kolaborasi nyata di bidang kemanusiaan, serta memperluas pengaruh positif agama dalam membentuk masa depan dunia yang adil dan beradab.(faz/iss)