Tak mau kecewa anaknya tak bisa merayakan ulangtahun di mal karena kondisi pandemi, Ardini Prihantini menggagas pesta balon di rumah. Beberapa persiapan dilakukan sendiri. Mulai memilih balon sampai membeli mesin peniup. Merangkai dan menghias balon pun dia persiapkan. Pesta ulang tahun tetap jalan, anak senang, hati pun tenang.
Setelah pesta usai, naluri emak-emak yang tak mau rugi pun muncul. “Masak beli mesin tiup mahal-mahal cuma dipakai sekali.” ujarnya. Ide memberdayakan mesin peniup balon pun terlaksana. ‘Korban pertama’ adalah relasi suaminya yang seorang dokter gigi. Waktu itu teman suaminya mengadakan syukuran pembukaan klinik baru. Sebagai ucapan selamat, Ardini membuatkan bingkisan yang beda dari biasanya, bukan rangkaian bunga tapi balon. “Ternyata hasilnya lumayan, suami juga cocok.” ujarnya.
Akhirnya keterusan memberi bingkisan ke teman serta keluarga dengan kado balon. Diapun membuka akun intagram kado_balon_surabaya dan percaya diri menerima pesanan. Seolah menemukan momentumnya, usaha yang baru dirintis dua bulan ini sudah mulai jalan. “Hajatan mulai banyak, kadang yang diundang belum berani datang. Sebagai gantinya mereka mengirim kado dan bingkisan. Nyari yang unik dan lain, dipilihlah rangkaian balon ini.” katanya bersemangat. (Naskah & Foto: Anton suarasurabaya.net)