Jumat, 1 November 2024

Epilepsi, Tidak Menular dan Bisa Disembuhkan

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Dr. Neimy Novitasari dokter spesialis saraf National Hospital (tengah) saat menjelaskan penyakit epilepsi, Minggu (8/4/2018). Foto: Anggi suarasurabaya.net

Kurangnya pengetahuan masyarakat, menyebabkan orang dengan epilepsi terlambat ditangani dan menimbulkan stigma negatif. Ada yang beranggapan itu penyakit menular, tidak bisa disembuhkan bahkan ada juga yang mengaitkannya dengan hal-hal mistis, sebagai penyakit kutukan.

Dr. Neimy Novitasari dokter spesialis saraf National Hospital mengatakan, epilepsi merupakan penyakit neurologis atau adanya gangguan pada otak. Serangan epilepsi bermacam-macam, salah satunya kejang, dan mengeluarkan air liur. Dia menegaskan bahwa itu bukan penyakit menular, dan penyandang epilepsi sangat memerlukan pengobatan.

Proses penanganan pada pasien, tidak cukup hanya dengan obat. Yang terpenting adalah orang terdekat yang tinggal serumah dengan pasien, seperti orang tua, anak, keluarga terdekat.

“Mereka yang selalu ada bersama penyandang epilepsi setiap hari, agar tidak panik setiap kali ada serangan terhadap pasien epilepsi,” kata Neimy, Minggu (8/4/2018).

Serangan epilepsi, kata dia, dapat berbeda-beda pada setiap kasus, karena tergantung pada fungsi otak mana yang terganggu. Selain berupa kejang-kejang serangan epilepsi dapat pula berupa hilang kesadaraan sesaat seperti terdiam melamun, bahkan tiba-tiba melempar benda yang dipegang.

“Hal inilah yang perlu diketahui baik pihak keluarga terdekat dan seluruh masyarakat,” tambahnya.

Terkait kesembuhan pasien epilepsi, kata Neimy, tiap kesembuhan pasien tentu berbeda. Tergantung pada jenis epilepsi yang dideritanya. Seperti jenis General Epilepsi yang memiliki tingkat kesembuhan tidak besar. Tapi dengan terapi, bisa mengurangi frekuensi kejang.

Kemudian Fokal Epilepsi memiliki tingkat harapan sembuh 60-80 persen lebih baik daripada jenis pertama. Selanjutnya, Temporal Epilepsi melalui terapi obat dan operasi, pasien memiliki tingkat kesembuhan 70-80 persen bisa bebas dari kejang.

“Saya harap kalau ada masyarakat yang tiba-tiba kejang, segera bantu. Tidak usah khawatir tertular, karena ini bukan penyakit tertular. Langsung bawa ke rumah sakit, biar bisa ditangani lebih awal,” kata dia.

Pada Perayaan Purple Day hari ini, juga menghadirkan salah satu pasien epilepsi bernama Nur Prihati (41), yang telah sembuh dari penyakit epilepsi. Dari pengakuannya, Nur menderita penyakit itu sejak bayi. Saat menginjak usia 16 tahun, Nur sering mengalami kejang-kejang, sebanyak dua kali dalam seminggu. Hingga akhirnya di usia 40 tahun, Nur menjalani operasi bedah saraf, dan semenjak itu dia tidak pernah mengalami kejang-kejang sampai saat ini.

“Sebelumnya bu Nur ini mengatasi kejang-kejangnya menggunakan obat. Tapi itu tidak berpengaruh apa-apa. Setelah kami periksa, ternyata Bu Nur salah satu pasien epilepsi yang kebal dengan obat. Maka, kami ambil tindakan lain yaitu operasi bedah saraf dan sudah tidak kejang lagi. Kami harap masyarakat bisa aware dengan kasus ini, agar ke depannya lebih peduli pada penyandang epilepsi,” pungkasnya. (ang/ino)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Teriknya Jalan Embong Malang Beserta Kembang Tabebuya

Bunga Tabebuya Bermekaran di Merr

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Surabaya
Jumat, 1 November 2024
28o
Kurs