Muhammad Nasih Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengaku, waktu berbuka puasa adalah momen kebersamaan dengan keluarga yang sekaligus hal langka baginya. Sebagai seorang pemimpin kampus sebesar Unair, Nasih lebih banyak berbuka puasa dengan para kolega di Unair daripada dengan keluarga.
“Kita lebih sering (berbuka puasa, red) dengan kolega di Unair, tentu pada hari-hari kerja. Kalau misalnya hari Sabtu dan Ahad (Minggu, red), kita bersama dengan keluarga,” ujar Nasih ketika ditemui di kantornya pada Jumat (10/5/2019).
Ia mengatakan, keluarga telah terbiasa dengan kesibukannya selama bulan Ramadhan tersebut. Meski begitu, ia selalu menyediakan waktu khusus untuk berbuka puasa bersama keluarga. Baginya, berbuka puasa bersama keluarga adalah momen langka di bulan suci yang harus ditunaikan.
“Jadi kalau sarapan, makan siang, akan susah (kumpul, red). Makan malam juga susah, jadi berbuka bersama itu waktunya memang harus bersama-sama. Kebersamaan yang kita dorong dari sana,” ungkapnya.
Menu berbuka puasa dan sahur bagi Nasih juga bukan hal perlu dispesialkan. Ia mengaku tak ada satupun menu khusus yang wajib ada ketika Ramadhan. Meski begitu, ia selalu menyiapkan kurma untuk menu takjil dan beberapa makanan cepat saji ketika sahur.
“Kalau kita (buka puasa, red) ada kurma seadanya, tapi kurma mesti ada.
Kalau persiapan-persiapan, kita punya persiapan khusus, terutama sahur kita siapkan mie instan, sarden, juga dendeng, rendang, yang tahan lama. Jika sewaktu-waktu bangun agak mepet, kita tinggal praktis,” kata Nasih.
Bulan Ramadhan bagi Nasih adalah bulan ujian dan latihan untuk naik kelas. Ia mengaku selalu memaknai Ramadhan sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri secara berkelanjutan.
Bulan suci Ramadhan, ia hayati sebagai kesempatan yang diberikan Allah yang Maha Kuasa agar umatnya memperbaiki diri di semua aspek, mulai dari kualitas pribadi hingga hubungannya dengan masyarakat. (bas/tin/ipg)