Para peneliti telah menemukan bahwa Diet Atlantik yang menjadi pola diet tradisional di Portugal dan Galisia (sebuah wilayah di barat laut Spanyol), dapat membantu mengurangi risiko sindrom metabolik.
Sindrom metabolik juga dikenal sebagai sindrom X atau sindrom resistensi insulin, terdiri dari sekelompok lima elemen risiko yang jika tidak ditangani dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan stroke.
Faktor risiko tersebut termasuk tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, trigliserida tinggi, penumpukan lemak abdominal berlebihan, dan kadar kolesterol lipoprotein densitas tinggi (HDL) yang rendah.
Dilaporkan Antara melansir Medical Daily, Sabtu (10/2/2024), mengonsumsi ikan dan makanan laut, ditambah dengan makanan berbasis pati, buah-buahan kering, keju, susu, dan konsumsi daging serta anggur secara rutin adalah kekhasan dari diet atlantik.
Temuan studi baru didasarkan pada uji klinis acak selama enam bulan yang dilakukan antara tahun 2014-2015 di A Estrada, Spanyol dengan tujuan untuk menyelidiki efek diet Atlantik tradisional terhadap kesehatan manusia, khususnya sindrom metabolik (MetS) dan keberlanjutan lingkungan. Studi tersebut diterbitkan dalam jurnal Jama Network.
Sebanyak 574 peserta berusia 3 tahun hingga 85 tahun terlibat dalam studi ini. Dengan menggunakan tabel nomor acak yang dihasilkan oleh komputer, peserta secara acak dibagi dalam rasio 1:1 ke dalam kelompok intervensi dan kontrol.
Uji klinis ini menekankan penggunaan diet atlantik dengan makanan musiman segar, lokal, dan minim diproses, termasuk buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian utuh, dan minyak zaitun.
Semua peserta dinilai untuk asupan diet, aktivitas fisik, penggunaan obat, dan variabel lainnya pada awal dan setelah enam bulan.
“Dari 457 peserta tanpa MetS (sindrom metabolik) pada awal uji coba, 23 mengembangkan MetS selama tindak lanjut 6 bulan dalam kelompok intervensi, 17 dalam kelompok kontrol), terdapat penurunan yang signifikan dalam kasus MetS insiden untuk kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol,” tulis para peneliti.
Namun, studi tersebut mencatat bahwa kelompok kontrol dan intervensi memiliki penurunan skor jejak karbon tanpa perbedaan yang signifikan.
“Temuan kami memberikan bukti penting potensi diet tradisional untuk mempercepat kemajuan menuju pencapaian SDGs (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa). Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya mekanisme yang mendasari hasil yang diamati dan untuk menentukan generalisabilitas temuan ini ke populasi lain dengan memperhitungkan variasi budaya dan diet dari setiap wilayah,” demikian kesimpulan dari para peneliti. (ant/azw/bil)