Senin, 14 Oktober 2024

Studi: Diet Rendah Karbohidrat Populer Turunkan Berat Badan, Tapi Bisa Tingkatkan Risiko Diabetes Tipe 2

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi

Mengurangi asupan karbohidrat dan meningkatkan konsumsi lemak merupakan strategi populer bagi banyak orang yang ingin menurunkan berat badan. Namun, sebuah studi terkini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, pola makan rendah karbohidrat justru dapat meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2.

Melansir Medical Daily, Senin (9/9/2024), penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes & Metabolic Syndrome: Clinical Research & Reviews ini melibatkan sekitar 40.000 peserta di Melbourne, Australia.

Studi tersebut menemukan bahwa diet rendah karbohidrat dan tinggi lemak dikaitkan dengan peningkatan risiko sebesar 20 persen untuk terkena diabetes tipe 2.

Peningkatan asupan karbohidrat diketahui memang dapat meningkatkan risiko diabetes. Penelitian sebelumnya lebih banyak berfokus pada penggunaan diet rendah karbohidrat dalam pengelolaan atau bahkan penyembuhan diabetes tipe 2. Selain itu, diet rendah karbohidrat juga terbukti efektif untuk menurunkan berat badan dalam waktu singkat.

Namun, efek jangka panjang dari diet rendah karbohidrat terhadap risiko diabetes belum banyak diketahui. Temuan baru ini menunjukkan bahwa meskipun diet rendah karbohidrat dapat membantu mengelola diabetes tipe 2, tapi diet tersebut tidak efektif untuk mencegah munculnya penyakit ini dalam jangka panjang.

“Sebaliknya, penelitian kami menunjukkan bahwa diet rendah karbohidrat justru dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dalam jangka panjang, terutama melalui obesitas. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh peningkatan konsumsi lemak dan rendahnya asupan serat. Kami juga menyoroti pentingnya memperhatikan kualitas karbohidrat, protein, dan lemak dalam diet,” ungkap Profesor de Courten, peneliti utama studi ini, dalam rilis berita.

Penelitian ini dilakukan pada peserta berusia antara 40 hingga 69 tahun, yang menjadi bagian dari Melbourne Collaborative Cohort Study (MCCS) pada periode 1990 hingga 1994.

Para peneliti menganalisis pola makan mereka dengan menggunakan Skor Karbohidrat Rendah (Low-Carbohydrate Diet, LCD), yang menunjukkan proporsi karbohidrat dalam total asupan energi. Semakin tinggi skor LCD, semakin rendah proporsi karbohidrat dalam pola makan mereka.

Kesehatan peserta kemudian ditinjau selama dua periode, yakni pada tahun 1995-1998 dan 2003-2007, untuk memperkirakan risiko mereka terkena diabetes tipe 2 di masa depan.

Peneliti menemukan bahwa peserta yang pola makannya terdiri dari hanya 38 persen karbohidrat memiliki risiko 20 persen lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 dibandingkan mereka yang pola makannya mengandung 55 persen karbohidrat.

Peningkatan risiko ini, menurut para peneliti, disebabkan oleh tingginya angka obesitas di antara peserta dengan pola makan rendah karbohidrat. Obesitas ini dipicu oleh tingginya konsumsi lemak dan rendahnya asupan serat dalam pola makan mereka.

Berdasarkan temuan ini, para peneliti merekomendasikan adanya tinjauan lebih mendalam terhadap pola makan rendah karbohidrat, terutama bagi mereka yang berusaha menurunkan berat badan sekaligus menghindari diabetes tipe 2.

Penting untuk tidak hanya mengurangi karbohidrat, tetapi juga memastikan asupan lemak yang sehat dan serat yang cukup dalam diet sehari-hari.

Studi ini menjadi peringatan bagi para praktisi kesehatan untuk lebih berhati-hati dalam merekomendasikan diet rendah karbohidrat secara jangka panjang, mengingat potensi risiko yang dapat muncul, terutama dalam kaitannya dengan diabetes tipe 2. (bil/ham)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Teriknya Jalan Embong Malang Beserta Kembang Tabebuya

Bunga Tabebuya Bermekaran di Merr

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Surabaya
Senin, 14 Oktober 2024
32o
Kurs