Sabtu, 4 Oktober 2025

Culture Highclere: Saat Batik Nusantara Bertemu Glamour 1920-an

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
"Culture Highclere" memadukan kekayaan Wastra Nusantara dengan sentuhan glamor era 1920-an, menciptakan gaya modest yang anggun dan berkelas. Foto: Istimewa

Ajang Indonesia International Modest Fashion Festival (IN2MF) 2025 kembali menjadi sorotan dunia fashion Tanah Air. Salah satu yang mencuri perhatian adalah desainer Gita Orlin, yang memperkenalkan koleksi terbarunya bertajuk “Culture Highclere”.

Koleksi ini memadukan kekayaan Wastra Nusantara dengan sentuhan glamor era 1920-an, menciptakan gaya modest yang anggun dan berkelas.

Terinspirasi dari motif Batik Surabaya seperti Bunga Bungur, Mangrove, dan Abhiboyo, Gita Orlin menghadirkan koleksi yang elegan melalui perpaduan material velvet, lace santyli, chiffon silk, organza silk, dan cotton silk. Sentuhan feminin terlihat kuat dalam rancangan siluet mermaid, full klok, loose dress, blazer, outer, inner, blouse, hingga palazzo, yang dirancang agar mudah dipadupadankan.

Detail handmade embroidery, payet, dan Swarovski turut mempercantik setiap busana. Aksen lengan puffy dan frill dengan sentuhan unik menjadi ciri khas desain Gita Orlin yang selalu menonjolkan sisi anggun perempuan.

“Culture Highclere” bukan sekadar koleksi busana, tetapi juga bentuk penghargaan terhadap budaya lokal. Koleksi ini fleksibel digunakan untuk berbagai suasana, mulai dari kasual hingga formal. Dengan desain yang bisa dikenakan oleh perempuan usia 15 hingga 65 tahun, koleksi ini menyasar pasar yang luas dan beragam.

Nama “Culture Highclere” sendiri diambil dari inspirasi film “Downton Abbey”, terutama dari gaya busana era Gatsby dan kemegahan Kastil Highclere.

“Gaya 1920-an punya pesona klasik dan glamor, sangat sesuai dengan karakter desain saya. Melalui koleksi ini, saya ingin menunjukkan bahwa Batik Surabaya mampu bersaing di panggung mode internasional,” kata Gita Orlin.

Tahun ini, Gita Orlin tampil di IN2MF untuk keempat kalinya. Keikutsertaannya didukung oleh Dekranasda Kota Surabaya, dengan Ketua Dekranasda, Rini Eri Cahyadi, yang aktif mendorong promosi Batik Surabaya.

“Dukungan dari Pemkot Surabaya sangat luar biasa. Ibu Rini sangat berkomitmen agar Batik Surabaya dikenal lebih luas, tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia,” jelas Gita.

Sebanyak 10 look eksklusif ditampilkan dalam dominasi warna maroon dan burgundy—dua warna yang menggambarkan kemewahan, kekuatan, dan keanggunan. Salah satu busana spesial dalam koleksi ini bahkan akan dikenakan oleh Adelia Pasha, istri musisi Pasha Ungu.

Menurut Gita, IN2MF merupakan platform strategis untuk memperkenalkan karya modest fashion Indonesia ke kancah global. Dukungan dari Bank Indonesia dan berbagai pihak membuat ajang ini menjadi tolok ukur baru bagi industri fashion Tanah Air.

“Lewat koleksi ini, saya ingin membawa Batik Surabaya lebih dikenal dunia. Sekaligus membuktikan bahwa busana berbasis wastra lokal bisa tampil modis dan modern tanpa kehilangan identitas budaya,” ujarnya. (saf/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Surabaya
Sabtu, 4 Oktober 2025
31o
Kurs