
Diabetes yang dulunya identik dengan usia lanjut, kini mulai menyerang generasi muda. Fenomena ini dipicu oleh gaya hidup tidak sehat, seperti konsumsi makanan tinggi gula dan garam, kurang gerak karena terlalu sering menggunakan gawai, serta stres berkepanjangan.
Kondisi tersebut mempercepat resistensi insulin dan memicu diabetes tipe dua yang kini makin sering menyerang anak-anak dan remaja.
Dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI, Kamis (24/6/2025), peningkatan kasus diabetes tipe 2 pada remaja bahkan anak-anak memang menjadi kekhawatiran serius. Gaya hidup serba cepat dan kurang gerak membuat anak muda, termasuk generasi Z dan Alpha semakin rentan.
Paparan kadar gula darah tinggi sejak muda mempercepat komplikasi, seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan bahkan resiko amputasi.
Tidak hanya secara fisik, dampaknya juga meluas ke psikologis seperti mengalami kecemasan dan depresi. Potensi komplikasi juga dapat memengaruhi kepercayaan diri interaksi sosial, dan bahkan pilihan karier.
Adapun beberapa faktor penyebab diabetes pada generasi muda, yakni
- Malnutrisi sejak kecil
Masalah gizi pada masa awal kehidupan dapat menyebabkan resistensi insulin dan meningkatkan risiko diabetes. - Pola makan tidak seimbang
Konsumsi berlebih makanan manis, olahan, dan rendah serat berkontribusi pada lonjakan gula darah. - Minimnya aktivitas fisik
Gaya hidup pasif tanpa olahraga menurunkan sensitivitas insulin dan memperbesar peluang terkena diabetes. - Obesitas
Lemak berlebih, terutama di area perut, memicu risiko diabetes meskipun tidak semua penderita tampak gemuk. - Faktor genetik
Riwayat keluarga, termasuk dari kakek-nenek, bisa mewariskan risiko diabetes ke generasi berikutnya. - Perubahan gaya hidup modern
Pola hidup tidak sehat yang minim gerak dan tinggi tekanan psikologis turut mempercepat munculnya diabetes pada remaja.
Sementara gejala diabetes pada generasi muda, yakni:
- Sering haus
Merasa sangat haus dan ingin terus minum. - Sering buang air kecil
Frekuensi buang air kecil meningkat, terutama malam hari. - Nafsu makan tinggi
Sering merasa lapar dan ingin makan lebih banyak dari biasanya. - Berat badan turun
Turun berat badan meskipun makan banyak. - Penglihatan kabur
Pandangan menjadi buram akibat pengaruh kadar gula darah yang tinggi pada lensa mata. - Luka sulit sembuh
Luka, terutama di kaki, butuh waktu lama untuk pulih. - Sering pusing dan lemas
Tubuh terasa lemah karena kadar gula darah yang naik-turun secara drastis.
Pemerintah sendiri telah mendorong gaya hidup sehat melalui kampanye seperti GERMAS dan kebijakan pajak minuman berpemanis. Namun, upaya ini perlu diperkuat dengan pembatasan iklan makanan tidak sehat dan penyediaan fasilitas olahraga.
Sekolah dan orang tua punya peran besar dalam membentuk kebiasaan sehat sejak dini. Sementara itu, generasi muda juga perlu sadar akan risiko diabetes dan aktif menjaga kesehatan.
Pencegahan diabetes pada generasi muda bisa dilakukan dengan menerapkan pola makan sehat, rutin berolahraga, menjaga berat badan ideal, berhenti merokok, mengelola stres, serta cek gula darah secara berkala. Upaya ini penting dilakukan sejak dini untuk mencegah risiko komplikasi di masa depan. (ata/bil/ham)