
Film terbaru garapan James Gunn, Superman, menjadi sorotan bukan hanya karena aksi sang pahlawan, tapi juga karena kontroversi yang muncul di balik kisah fiksinya.
Melansir Varierty, Film ini menceritakan tentang Superman yang terlibat dalam konflik antara dua negara fiktif, Bovaria sebagai pihal agresor dan Jarhanpur sebagai negara yang diserang.
Konflik tersebut kemudian dikaitkan oleh sejumlah pihak dengan situasi nyata Israel-Palestina.
Hasan Piker dan Ben Saphiro Komentator politik memanaskan perdebatan Dalam video viralnya, Piker menyebut film ini sebagai bentuk kritik terhadap ISrael, bahkan menyebutnya “Dua jam dan sekitar sepuluh menit penuh dengan kritik terhadap Israel sepanjang waktu.”
Sebaliknya, Shapiro membantah keras pandangan itu, menyebut film ini tidak punya agenda poliitk dan menilai anggapan tersebut hanya datang dari left wing brain.
Jauh sebelum film tayang, James Gunn menegaskan bahwa naskah film ditulis sebelum konflik yang disebutkan, tepatnya pada Mei 2023.
Ia membantah bahwa filmnya merupakan representasi dari situasi geopolitik saat ini.
“Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Timur Tengah. Ini adalah invasi oleh negara yang jauh lebih kuat yang dipimpin oleh seorang tiran ke negara yang bermasalah dalam hal sejarah politiknya, tetapi sama sekali tidak memiliki pertahanan terhadap negara lawan. Ini benar-benar fiksi,” tutur James Gunn.
Namun pernyataan itu tak cukup meredam perdebatan yang kini meluas di media sosial, terutama dari kalangan aktivis pro-Palestina yang menilai film ini sebagai kritik terselubung terhadap Israel. Sebelumnya, Superman juga pernah memicu kontroversi ketika James Gunn menyebut tokoh ini sebagai “imigran”, yang lantas mendapat reaksi keras dari pihak konservatif. Bahkan, Fox News menjuluki film ini sebagai “SuperWoke”.
Film Superman kini tengah tayang di bioskop dan terus jadi topik panas, bukan hanya di layar, tapi juga di ranah politik dan media sosial. (ata/ipg)