Rabu, 13 Agustus 2025

IDAI Bongkar Mitos MPASI, Madu untuk Bayi Baru Lahir Tidak Aman

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi - Makanan bayi yang berbahan dasar apel. Foto: Getty Images

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membagikan beberapa fakta penting yang menepis sejumlah mitos tak tepat terkait pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) pada anak.

Melansir Antara, mitos itu mulai dari pemberian madu untuk anak yang baru lahir, hingga larangan MPASI bertekstur tidak boleh diberikan hingga anak tumbuh gigi.

“Beberapa masyarakat percaya anak baru lahir itu diolesi langit-langit mulutnya dengan madu dengan harapan meningkatkan daya tahan,” kata dr. Winra Pratita Sp.Am M.Ked (Ped) anggota UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI.

“Padahal madu baru boleh diberikan pada anak di atas satu tahun karena memiliki kandungan Clostridium Botulinum yang dapat meningkatkan risiko infant botulism,” imbuhnya, Selasa (12/8/2025).

Bakteri Clostridium Botulinum menjadi berbahaya untuk bayi di bawah satu tahun, karena sistem pencernaannya yang belum matang.

Apabila bayi terinfeksi bakteri tersebut maka akhirnya anak bukan menjadi sehat dan justru mengalami kelemahan otot, kesulitan bernapas, bahkan berujung kematian apabila tidak tertangani.

Mitos selanjutnya yang ditepis dan tidak lagi boleh dilakukan untuk membuat pemberian MPASI berhasil adalah pemberian makanan padat seperti pisang dilakukan pada bayi yang berusia kurang dari enam bulan.

Sama hal yang dengan pemberian madu, pemberian makanan padat untuk bayi di bawah enam bulan tidak dianjurkan karena pencernaannya masih belum sempurna sehingga ketika diberikan makanan yang tidak sesuai usianya tentu ada risiko tinggi sakit yang dialami khususnya diare atau sembelit.

“Jadi rekomendasi kami, pemberian MPASI itu harus tepat waktu. Karena kalau terlalu dini anak berpotensi terkena diare dan berujung pada dehidrasi berat, yang berujung pada risiko kematian pada bayi lebih tinggi atau ada risiko lainnya seperti alergi yang menyebabkan gangguan tumbuh kembang,” ujar Winra.

Selanjutnya, mitos lainnya yang kerap menganggu MPASI menjadi efektif adalah larangan memberi protein hewani hingga anak berusia 1 tahun karena adanya rasa takut anak tidak bisa mencerna dengan baik.

Takhayul ini ditepis oleh IDAI, karena seharusnya protein hewani justru menjadi fondasi penting dan diberikan sejak awal MPASI dimulai. Hal ini dikarenakan protein hewani merupakan nutrisi makro yang penting untuk mencegah terjadinya stunting.

Hal ini juga berhubungan dengan mitos pemberian hati ayam yang dinilai berbahaya untuk MPASI, karena hati ayam dinilai sebagai jeroan yang kotor dan menjadi sumber racun untuk bayi.

IDAI menepis hal ini, karena dari deretan sumber protein hewani, hati ayam merupakan protein hewani yang mengandung banyak vitamin dan mineral terutama zat besi.

Fakta menunjukkan bahwa dalam 100 gram hati ayam terdapat 10 miligram zat besi, zat besi dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang menjalani MPASI berfungsi untuk menjaga anak terhindar dari anemia defisiensi zat besi.

Takhayul lainnya terkait MPASI yang tak kalah menyesatkan adalah pemberian makanan harus dipapah atau dikunyah oleh orang tua baru diberikan kepada bayi dengan maksud agar makanan lembut dengan alami.

“Syarat MPASI yang benar adalah aman dan higienis. Artinya kalau dipapah atau dikunyah dulu sama ibunya itu sudah tidak sejalan dengan syarat tersebut. Karena ketika dipapah ada potensi media penularan bakteri ataupun patogen. Karena sudah tidak aman dan higienis,” ucap Winra.

Terakhir, takhayul terkait MPASI yang ditepis oleh IDAI adalah larangan pemberian makanan bertekstur pada bayi jika belum memiliki gigi.

Takhayul ini jelas menyesatkan, IDAI menyebutkan pemberian MPASI justru merupakan periode emas untuk bayi belajar tekstur makanan dengan mengunyah dan menelan.

Jika periode pengenalan tekstur terlewatkan maka dikhawatirkan anak malah mengalami gangguan kemampuan makan.

Oleh karena itu, sesuai rekomendasi Kementerian Kesehatan MPASI dengan ragam teksturnya sudah harus dikenalkan pada saat bayi berusia enam bulan dimulai dengan makanan padat lumat dan secara perlahan teksturnya ditingkatkan mengikuti pertumbuhan anak. (ant/ata/saf/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Surabaya
Rabu, 13 Agustus 2025
27o
Kurs