Infertilitas atau gangguan kesuburan masih menjadi persoalan bagi sejumlah pasangan suami istri di Indonesia. Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn) menekankan pentingnya tidak menunda pemeriksaan kehamilan, terutama bagi pasangan berusia di atas 35 tahun.
Menurut dr. Benediktus Arifin, ketika terjadi gangguan kesuburan, pasangan suami istri sebaiknya tetap mencoba, bukan justru mengambil langkah diam sampai memakan waktu satu tahun lebih.
“Tapi kalau usia di atas 35, kita menyarankan jangan setahun, 6 bulan saja. 6 bulan mencoba terus-menerus,” katanya pada Minggu (14/12/2025).
Jika harapan untuk mendapatkan buah hati masih belum berhasil, ia mengatakan bahwa dunia medis bisa mengupayakan lewat inovasi In Vitro Fertilization.
Ia menjelaskan, hanya ada tiga cara untuk mendapatkan keturunan, yakni melalui proses alami, inseminasi atau memasukkan sperma yang telah dipilih dan diproses ke dalam rahim ketika masa subur, dan bayi tabung (IVF) atau metode mempertemukan sel telur dan sperma di luar tubuh.
“Jadi, tiga cara ini tentu akan dilihat cocok tidak buat pasangan ini,” ucap Dokter Obgyn Morula In Vitro Fertilization (IVF) di National Hospital Surabaya itu.
Merencanakan kehamilan, kata dia, harus dibarengi dengan usaha menjaga gaya hidup sehat, agar semua proses yang dilakukan berjalan dengan baik.
“Orang kadang-kadang ingin hamil tuh ya se-dikasihnya. Sebenarnya sama seperti kita mau menikah, sama seperti kita mau beli rumah, sama kita mau masuk sekolah, kita rencanakan. Kenapa? Karena kan lifestyle-nya harus dijaga, nutrisinya harus disiapkan, asam folatnya harus disiapkan. Sehingga hamil itu bukan hamil dadakan, inilah yang menjadi kunci sebenarnya bahwa kehamilan itu direncanakan,” jelasnya.
Seangkan dr. Jimmy Yanuar Annas Kepala Dokyer Obgyn dan Kepala Teknik Reproduksi Berbantu (TRB) membeberkan, berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ada 10 sampai 15 persen pasangan yang mengalami infertilitas dengan penyebab bervariasi.
“Penyebabnya harus dilihat dari faktor suami dan istri. Dari suami yang paling sering adalah masalah kualitas sperma. Kedua masalah hubungan suami istri. Ketiga adalah masalah dari istrinya, yang paling sering adalah gangguan di indung telur sama saluran telur. Nah, biasanya orang dengan gangguan di saluran telur itu memerlukan penanganan khusus misalnya bayi tabung,” jelasnya.
Data dari Morula IVF yang dicatat oleh Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia (PERFITRI), success rate kehamilan dengan IVF sebesar 57 persen, yaitu 166 keberhasilan dari total 289 siklus FET yang dijalankan. Sedangkan, beberapa klinik lainnya mencatatkan tingkat keberhasilan 44 persen, dan ada yang di angka 34 persen.
Sementara itu, dr. Achmad Rheza dokter obgyn mengingatkan, bagi pasangan yang merencanakan kehamilan sebaiknya tidak terlalu lama, karena kemampuan hamil ada batas waktunya.
“Kalau terlalu lama, kemampuan untuk hamil juga akan menurun,” ucapnya. (ris/saf/ham)
NOW ON AIR SSFM 100
