
Suara gitar, biola, cello, dan piano bergantian mengisi ruang Amadeo Music Hall, Sabtu (16/8/2025) malam.
Tidak ada vokal, tidak ada lirik, hanya lantunan musik klasik yang tenang dan meneduhkan.
Setiap gesekan senar dan denting piano seakan menyampaikan pesan kasih yang hangat.
Konser bertajuk Perayaan Suara Rasa ini bukan sekadar pertunjukan musik. Di baliknya, ada perayaan ulang tahun ke-49 Heti Palestina Yunani, penggagas serta produser acara sekaligus ibunda El Vatikan sang gitaris muda yang turut hadir dalam acara.
“Bagi saya mengakiri kepala empat itu dengan berat hati,” ujar Heti dalam konferensi pers.
“Terus dengan Perayaan Suara Rasa itu memang di umur 49 suara perasaan saya itu macam-macam sekali, kalau diterjemahkan dalam kata-kata tuh biasa banget, mungkin puisi udah banyak lahir tapi bagaimana dengan musik gitu saya minta temen-temen Dua Ketuk itu menerjemahkan,” imbuhnya.
Tema Perayaan Suara Rasa dipilih karena musik tidak hanya soal suara, tetapi juga soal rasa.
“Kami mengambil tema perayaan suara rasa di mana suara dan rasa-rasa subjektif dan kasih sayang itu dirayakan,” tutur Hati Bening Asy Syahiidah violis dari Dua Ketuk.
Panggung malam itu dipenuhi harmoni dari para musisi muda. El Vatikan dengan gitar solonya berkolaborasi bersama Gabriel Amadeus di piano, Bima Arifin, Hati Bening Asy Syahiidah, dan Dhani Ahmad Al Ghazzali di biola, serta Maigty Abiyezer Simatupang pada cello.
Mereka membawakan karya-karya maestro dunia seperti Antonín Dvořák, Robert Schumann, Astor Piazzolla, hingga David Popper, yang menjadikan suasana konser semakin hidup dan penuh warna.
Delapan repertoar klasik silih berganti mengisi ruang Amadeo Music Hall menghadirkan perjalanan musikal yang hangat sekaligus berwarna.
Salah satu repertoar yang mencuri perhatian adalah Hungarian Rhapsody karya David Popper.
“Lagu ini merupakan penggambaran dari tarian-tarian tradisional Hungaria seperti Csárdás dan banyak tarian lainnya dan seterusnya yang berusaha sebisa mungkin untuk menggambarkan bagaimana kehidupan Rusia di zaman itu,” jelas Maigty sebelum memainkan cello-nya.
Dua Ketuk sendiri bukan hanya kelompok musik, melainkan komunitas sekaligus penyelenggara acara.
Visi Dua Ketuk sederhana namun besar, yaitu membumikan musik klasik agar bisa lebih dekat dengan masyarakat.
Konser Perayaan Suara Rasa menjadi wujud nyata misi itu.
Musik klasik yang sering dianggap eksklusif, malam itu terasa akrab. Penonton larut, hanyut, dan menikmati dengan khidmat.
Bagi Heti, ulang tahunnya bukan hanya tentang bertambahnya usia. Ia merayakan kasih lewat bunyi, nada, dan karya para musisi muda yang ia percaya. (ata/saf/faz)