Sabtu, 25 Oktober 2025

Psikolog: Menikah Bukan Sekadar Cinta, Tapi Komitmen dan Kesiapan Emosional

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi - Cincin pernikahan. Foto: Pixabay

Belakangan pemberitaan soal perceraian marak dan berseliweran di dunia maya. Menurut Psikolog, hal ini pun sedikit banyak dinilai berdampak kepada cara pandang masyarakat memandang rumah tangga.

Ersa Lanang Sanjaya Dosen Fakultas Psikologi Universitas Ciputra (UC) Surabaya mengatakan, paparan berita-berita tentang perceraian itu bisa memengaruhi psikologis masyarakat, terutama bagi mereka yang sedang atau akan membangun hubungan pernikahan.

“Kalau ada dampaknya, saya pikir kok pasti ada dampaknya. Karena kan orang akan melihat, terus berpikir, terus kemudian akan mengembalikan (merelate-kan) itu ke kondisinya. Jadi sepertinya kalau terlalu banyak melihat berita-berita seperti ini juga pasti akan berdampak ke kondisi sebenarnya,” ujarnya kepada Radio Suara Surabaya, Sabtu (25/10/2025).

Menurutnya, terlalu sering melihat berita perceraian di media bisa memicu perasaan cemas atau bahkan membuat seseorang tanpa sadar membandingkan kondisi rumah tangganya dengan orang lain.

Namun, Ersa menegaskan bahwa akar persoalan bukan semata pada media, melainkan pada kualitas relasi pasangan itu sendiri. “Sebenarnya kan media mungkin men-trigger aja begitu, tapi yang harus diperhatikan juga bagaimana kualitas relasi dari pasangan itu,” ujarnya.

Sebagai psikolog perkembangan dan keluarga, Ersa kemudian menjelaskan bahwa pernikahan perlu disiapkan secara emosional dan psikologis, bukan hanya pesta dan seremoni.

“Ketika kita menikah itu kan bagaimana dua manusia yang berbeda, dengan latar belakang yang berbeda, dengan segala macam perbedaan, pasti punya perbedaan juga tentang persepsi, tentang kecemasan. Lalu kemudian digabung dalam satu rumah, komitmen harus sekian lama hidup bersama. Itu pasti bukan pekerjaan yang mudah,” jelasnya.

Ersa kemudian berpendapat kalau selama ini, banyak pasangan muda yang hanya berlandaskan cinta saat memutuskan menikah, tanpa memahami konsekuensi jangka panjangnya.

Padahal, yang harus disiapkan banyak. Mulai dari konsultasi, kesiapan emosi, hingga pembagian peran, hingga pengaturan keuangan yang harus disiapkan sebelum akhirnya berumah tangga.

Oleh karena itu, setelah menikah, dia menegaskan bahwa hubungan suami-istri perlu terus dikelola, bukan dibiarkan berjalan apa adanya.

“Ketika menikah pun, relasi tetap harus dipelihara. Jadi bukan hanya let it flow (mengalir) tapi harus dipelihara. Apa yang harus dipelihara? Ya secara psikologis gimana? Harus banyak ngobrol, harus banyak mengelola peran, keuangan seperti apa. Jadi intinya harus dikelola, diupayakan, dibicarakan,” katanya.

Ia juga menyoroti fenomena pasangan yang mencari validasi hubungan di media sosial, seperti pamer kemesraan atau sebaliknya. Bahkan, ada yang curhat tentang konflik rumah tangga.

“Sebenarnya ada dua aspek besar, afeksi dan kognitif. Kalau aspek afeksi kan emosi itu bisa fluktuatif gitu. Sebentar senang, sebentar sedih gitu. Tapi yang penting yang harus dijaga juga itu adalah aspek komitmen tadi. Jadi komitmen itu artinya aspek kognitif yang kita sadari, pilihan kita,” ungkapnya.

“Jadi apapun nanti kondisinya, baik senang maupun susah, aku memilih hidup bersama kamu. Ayo kita upayakan bareng-bareng supaya relasi kita baik. Begitu. Jadi kalau sudah sampai ke sana ya enggak butuh validasi,” sambungnya.

Menanggapi ajakan pemerintah untuk memperkuat ketahanan keluarga, Ersa menyebut tiga hal yang menjadi kunci rumah tangga yang bahagia dan tahan uji. Pertama komitmen, apapun diusahakan bersama. Kemudian yang kedua, jangan suka saling menyalahkan.

“Kalau suaminya mungkin ada problem di pekerjaan ya didukung. Kalau mungkin ada kesalahan pengasuhan ya jangan salah-salahan. Yang ketiga itu adalah saling. Saling mendukung, saling menguatkan, saling menyemangati. Karena sudah pilihan dan komitmen,” ujar Ersa.

Jika hubungan mulai terasa berat atau sulit dikelola, ia menyarankan agar pasangan tidak segan mencari bantuan profesional. “Kalau pun ada kondisi yang enggak bisa dikelola, mungkin butuh pihak ketiga dalam konteks ini profesional ya silakan dilakukan,” tutupnya. (bil/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Surabaya
Sabtu, 25 Oktober 2025
30o
Kurs