Bandana Shresta Direktur Gender Affairs Program Colombo Plan mengatakan, Colombo Plan yang diikuti 18 peserta dari 13 negara berupaya mencari cara terbaik dalam menghadapi tantangan setiap negara peserta dalam hal pemberdayaan perempuan dan kepemimpinan.
Shresta mengakui, meski terdapat perbedaan kondisi ekonomi, sistem politik, kultur dan agama masing-masing negara peserta. Tapi tantangan yang mereka hadapi dalam dua hal di atas hampir sama. Karena itulah, Colombo Plan di Surabaya mengambil tema Sharing Best Practices and Experiences on Women and Leadership.
“Secara keseluruhan para peserta terkesan soal pemberdayaan perempuan, partisipasi perempuan dalam bidang politik, serta kader perempuan yang bekerja secara sukarela. Itulah hal-hal penting yang bisa dipelajari dari Surabaya,” ungkap Shresta di sela-sela acara penerimaan oleh walikota di ruang sidang balai kota Surabaya, Jumat (23/9/2016).
Para peserta Colombo Plan ini antara lain datang dari Iran, Bhutan, Maladewa, Sri Lanka, Pakistan, Myanmar dan Bangladesh. Serta, dari Malaysia, Filipina, Vietnam, Nepal, Fiji dan Indonesia. Para delegasi selain mengikuti seminar dengan beberapa pemateri juga akan mengunjungi lokasi-lokasi pemberdayaan ekonomi perempuan di Surabaya.
Shresta yang berkebangsaan Nepal berharap, nilai-nilai positif dari Kota Pahlawan dapat dibawa pulang ke negara masing-masing untuk diterapkan menjadi sesuatu yang berguna bagi masyarakat.
Sementara, Mukhamad Fahrurozi Kepala Bagian Kerjasama Teknik Selatan-Selatan dan Triangular, Biro Kerjasama Teknik Luar Negeri Kementerian Sekreariat Negara mengatakan, Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya yang menjadi alasan kenapa Colombo Plan kali ini digelar di Surabaya. Menurutnya, Risma mempunyai strong leadership.
“Bu Risma punya kepemimpinan yang kuat sehingga menjadikan Surabaya terpilih menjadi tuan rumah. Karena sesuai dengan tema forum ini yaitu woman and leadership. Dari acara ini, juga bisa menjadi inspirasi dan menimba ilmu bagi peserta untuk bisa diterapkan ke depannya,” katanya kepada suarasurabaya.net, Jumat (23/9/2016).
Fahrurozi mengatakan, hasil dari forum ini akan dibawa ke dalam Colombo Plan Consultative Meeting Forum yang akan berlangsung di Fiji, Jepang. Nantinya, dalam forum tersebut, para anggota Colombo Plan akan mengevaluasi dan menentukan program selanjutnya seperti apa. Setidaknya, forum itu dapat menghasilkan daftar program yang bisa diterapkan di negara anggota.
“Bagi kami, kita cari kota mana yang cocok untuk diterapkan. Tidak tentu kota yang jadi penyelenggara menjadi tujuan pelaksanaan,” katanya.
Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya dalam pertemuan dengan delegasi Colombo Plan, Jumat membagikan pengalamannya selama memimpin Surabaya. Risma sempat menyatakan, pada awal menjabat sebagai wali kota, problem yang dihadapi adalah tingginya angka trafficking. Untuk mengatasi masalah itu, Risma bekerjasama dengan TNI dan Kepolisian hingga harus merazia diskotek setiap malam.
“Ternyata banyak anak di bawah umur yang berkeliaran di diskotek itu datang dari kawasan lokalisasi. Makanya setelah itu saya fokus memberdayakan ekonomi di kawasan lokalisasi,” kata Risma.
Perlu diketahui, Colombo Plan adalah organisasi regional yang fokus pada pengembangan sumber daya manusia dan upaya antar pemerintah dalam membangun ekonomi dan sosial negara-negara anggotanya di wilayah Asia-Pasifik.
Pada pembukaan acara di Balai Kota Surabaya, tampil berbagai kesenian tari, musik dan wayang dari anak-anak Kota Surabaya. Turut tampil anak-anak penyandang disabilitas, baik bermain piano sembari berdialog dan menyanyi dalam bahasa inggris, hingga anak-anak tunarungu yang tariannya memukau para tamu di lantai 2 Balai Kota Surabaya.(tit/den)
NOW ON AIR SSFM 100
