
Batu-batu alam dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan dan beberapa daerah Kalimantan lainnya, ikut meramaikan Jewelry Exhibition yang diadakan 13-16 September di hotel Shangri-La Surabaya.
Kalung, gelang, cincin, anting, liontin dan bros tertata dengan apik di dalam etalase dagangan RIZAL. Pria asli Banjarmasin ini sudah 12 tahun berbisnis batu-batuan.
“Batu-batu ini dari Martapura Banjarmasin. Bahan-bahannya dari emas, perak dan batu alam. Harga yang saya tawarkan berkisar Rp 100-jutaan,” jelas RIZAL ketika ditemui suarasurabaya.net, Kamis (13/09).
RIZAL yang mempunyai toko di Jakarta dan Banjarmasin ini, mempunyai desain sendiri untuk membuat perhiasannya.”Kadang ya dari majalah,” katanya.
Waktu pembuatan yang dibutuhkan untuk membuat satu jenis perhiasan terkadang sampai 2 minggu. Tergantung dari bentuk dan tingkat kesulitannya.”kalau ada yang pesan dan bahnnya lagi sulit, biasanya kami minta tambahan waktu pembuatan,” kata RIZAL.
Hal yang sama juga diungkapkan YUNITA. YUNITA dan 2 orang temannya tergabung dalam RIN (RIA, IRA dan NITA) Stone and Bead Accessories. Kadang kesulitan yang dialami jika ada pesanan tapi bahan-bahan tidak bisa didaptkan.
“Antusias masyarakat Surabaya cukup bagus, saat ini tren yang digemari yang simpel. Kalau kalung ya hanya satu lingkar saja,” jelas NITA.
Bahan-bahan aksesoris RIN berasal dari Kalimantan, Jakarta, Cina dan bangkok. Dengan harga Rp 100-1 juta, aksesoris RIN banyak diminati pengunjung.(tys/ipg)
Teks Foto :
1. Ragam aksesoris yang berada di etalase RIZAL.
2. Produk RIN yang juga bekerja sama dengan Dekranasda Jatim.
Foto: TIYAS suarasurabaya.net