Dibuka Malam Ini Masyarakat Berharap Harga Tidak Mahal

“Jangan karena ditempatkan disebuah festival, terus harga makanannya jadi tambah mahal. Terus apa artinya pasar rakyat kalau begitu? Kalau dagangannya harganya mahal-mahal, ya mending andok di restoran saja”.

SUCAHYONO warga Ketintang menyampaikan itu, saat ditemui suarasurabaya.net, Jumat (18/05) petang dilokasi Pasar Rakyat kawasan jalan Genteng, memeriahkan HUT ke 714 kota Surabaya.

SUCAHYONO yang mengaku pecinta sajian tradisional dan khas Indonesia, mengaku pernah kecewa pada sebuah even festival makanan khas yang pernah digelar pemerintah kota Surabaya beberapa waktu lalu.

Untuk semangkuk dawet komplit disebuah stand, SUCAHYONO harus mengeluarkan duit sekitar 10 ribu rupiah. “Padahal waktu itu harga semangkuk dawet komplit di pasar Blauran hanya 2500 saja. Wis rasane gak karu-karuan harganya kok mahal,” kata SUCAHYONO yang juga dosen PT dikawasan Nginden.

Karenanya, pada festival makanan Suroboyoan, yang bakal dibuka Jumat (18/05) malam ini, SUCAHYONO berharap harga jual makanan tidak terlalu mahal. “Terjangkau gitulah,” tambah SUCAHYONO.

Ditemui terpisah KADARUSLAN Arek Suroboyo yang juga tokoh masyarakat Surabaya, berharap sama terhadap gelaran festival makanan dan jajanan khas Suroboyo, dalam rangka HUT Surabaya.

“Jangan terlalu mahal. Ini bukan sarana cari untung semata. Ini juga sarana untuk memperkenalkan makanan khas Suroboyo yang keberadaannya sudah mulai sulit ditemukan,” ujar KADARUSLAN, Jumat (18/05).

Jumat (18/05) malam ini, Festival Makanan Suroboyo disepanjang jalan Genteng, menghadirkan sekurangya 105 pedagang makanan khas Suroboyoan. Festival digelar setiap malam sampai dengan 29 mei 2007 mendatang.

Teks foto:
-Sajian Nasi Buk, yang pernah berjaya di Surabaya meski produk Madura.
Foto: Dok. suarasurabaya.net