
Ribuan warga Tionghoa mulai kemarin sampai hari ini, Jumat (31/1/2014) mendatangi klenteng Pak Kik Bio di Jalan Jagalan nomor 74-76. Berbeda dengan klenteng-klenteng pada umumnya yang beraliran Tri Dharma, klenteng yang berdiri tahun 1952 ini beraliran konghucu.
Warga keturunan Tionghoa dengan pakaian dominan merah sejak pagi tadi menjalani ritual persembahyangan untuk sejumlah dewa. Diantaranya dewa Hian Thien Sang Ti dan Kwan Im Pou Sat.
Nanang Wirjanto Limantoro Ketua Perkumpulan Pak Kik Bio mengatakan klenteng Jagalan ini termasuk yang tidak umum. Dari 11 klenteng yang ada di Surabaya, hanya ada 2 yang beraliran Kong Hu Cu, yang lainnya rata-rata beraliran Tri Dharma (Tao, Budha, dan Kong Hu Cu).
Setiap orang yang ingin bersembahyang di Klenteng Jagalan ini biasanya melakukan ritual menggunakan hio di altar utama. Altar ini untuk menghormati Hian Thien Sang Ti (Dewa Pelindung/Dewa Obat). Setelah sembahyang di altar utama, pengunjung bisa memilih penyembahan ke 18 dewa yang rupang atau patungnya ada di klenteng ini, diantaranya yang paling populer adalah Dewi Kwan Im.
Biasanya persembahyangan untuk menghormati Dewa Kwan Im disertai dengan rapalan musikal yang disebut Ko Ong Kwan Tse Im King, berisi doa puji-pujian untuk Dewi Kwan Im. Dibawakan oleh Jaiko, semacam biksuni dengan instrumen perkusi dan tambur.
Setelah persembahyangan, pengunjung Klenteng Pak Kik Bio bisanya memberikan sumbangan ang pao pada puluhan kaum miskin yang sudah berkumpul di depan klenteng.
Suasana religius di klenteng pak kik bio hari ini dari pantauan saya, terlihat harmonis dengan masyarakat sekitar yang beragama Islam. Kebetulan hari ini umat Muslim menjalankan Sholat Jumat, sedangkan umat Konghucu menggelar ritual Imlek di klenteng.(edy/rst)