Rabu, 15 Oktober 2025

Regenerasi Bibit Indukan Terlambat, Produktifitas Susu Sapi Perah Turun

Laporan oleh Sentral FM Lumajang
Bagikan

Produktivitas susu sapi perah yang banyak dibudidayakan peternak Kabupaten Lumajang, khususnya di wilayah Kecamatan Senduro yang terletak di lereng Gunung Semeru saat ini mengalami penurunan. Hal itu disebabkan terlambatnya peternak untuk meregenerasi indukan sapi susu yang sudah tidak produktif dengan indukan lain yang produktif.

Drh Gatot Subiyantoro Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten Lumajang ketika dikonfirmasi Sentral FM, Rabu (2/7/2014) mengatakan, saat ini jumlah populasi sapi perah yang dibudidayakan peternak di wilayah Kecamatan Senduro mencapai 4 ribu ekor lebih.

“Wilayah Kecamatan Senduro memang menjadi daerah potensial peternakan sapi perah. Untuk wilayah selain Kecamatan Senduro, peternak sapi perah totalnya membudidayakan sekitar seribu ekor lebih,” katanya.

Dari jumlah populasi sebanyak ini, para peternak selama ini bekerja sama dengan satu pabrikan saja. Yakni Nestlle Food Pasuruan yang konsisten membeli hasil susu sapi perah dari petani.

Hanya saja, saat ini produktivitasnya menurun, dari yang biasanya perhari mencapai 30 ribu liter saat ini hanya 27 ribu liter saja. “Penurunan 3 ribu liter susu sapi perah ini sangat signifikan. Hal itu tentunya akan mempengaruhi tingkat produktivitas sapi perah jika terus dibiarkan. Termasuk, konsistensi permintaan susu sapi perah dari pihak Nestlle sendiri selaku pembeli,” paparnya.

Dari penelitian yang dilakukan, ternyata penurunan produktivitas susu sapi perah ini lebih disebabkan terlambatnya peternak melakukan regenerasi terhadap bibit indukan yang saat ini sudah mulai masuk masa afkir.

“Artinya, indukan susu sapi perah afkir ini sudah menurun produktivitasnya. Hanya saja masalahnya adalah, peternak merasa eman jika indukan sapi perah yang seharusnya masuk masa afkir ini harus diafkir. Karena mereka melihat masih produktif bisa diperah susunya,” terang Gatot Subiyantoro.

Padahal, masih kata Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Lumajang, hal itu jika dibiarkan terlalu lama akan mempengaruhi tingkat produktivitas susu sapi perah secara keseluruhan. Apalagi, untuk menggantikan bibit indukan sapi afkir dengan yang mulai produktif membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Termasuk juga cost untuk biaya pakan yang tinggi.

“Untuk penggantian indukan sapi perah dari yang afkir dengan yang mulai produktif, membutuhkan waktu selama 2 tahunan. Selama masa itu, dibutuhkan biaya pakan yang tidak sedikit. Ini yang menjaid beban peternak, hingga mereka terus menunda penggantian atau regenerasi indukan sapi perahnya,” ungkapnya.

Untuk mempercepat regenerasi itu, Jajaran Dinas Peternakan Kabupaten Lumajang saat ini berupaya melakukan teroboan dengan memberikan bantuan stimulan terhadap peternak untuk bibit indukan hingga pakan.

“Sebab, masyarakat peternak ketidakmampuannya adalah memelihara indukan tidak produktif dengan biaya pakan. Mempersiapkan bibit indukan penganti juga membutuhkan investasi untuk pakannya,” jlentreh Gatot Subiyantoro.

Biasanya, lanjutnya, penggantian dilakukan dengan perkawinan indukan afkir tersebut. Hanya saja membutuhkan biaya perawatan besar hingga bibit menjadi indukan produktif yang bisa langsung optimal hasil susunya. (her/ipg)

Teks Foto :
– drh Gatot Subiyantoro Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten Lumajang.
Foto : Sentral FM

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Surabaya
Rabu, 15 Oktober 2025
27o
Kurs