Selasa, 18 November 2025

Pembatasan Ponsel dan Medsos untuk Anak Sedang Dikaji Sejumlah Menteri

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Yohana Yembise Menteri PPPA dan Lenny N Rosalin Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak. Foto: Denza suarasurabaya.net

Pemerintah sedang mewacanakan kebijakan tentang pembatasan penggunaan telepon seluler (ponsel) dan media sosial (medsos) untuk anak-anak di Indonesia.

Yohana Yembise Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) sedang getol-getolnya memperjuangkan kebijakan ini.

Dia menyebutkan, saat ini sedang berproses, dirinya selaku Menteri PPPA membahas hal ini dengan beberapa menteri. Baik Menteri Kominfo dan Menteri Pendidikan.

Kebijakan pembatasan ponsel dan medsos ini, kata Yohana, akan berwujud surat keputusan bersama beberapa menteri terkait.

Namun, sebelum melangkah lebih jauh, kata Yohana, dia dan beberapa menteri sepakat membuka opini masyarakat melalui diskusi publik dengan melibatkan akademisi.

“Kami masih dalam proses yang tidak gampang ya, untuk membatasi ini (ponsel dan medsos,red). Karena masih banyak pihak yang keberatan pembatasan ini diterapkan,” katanya.

Menurutnya, sebagian besar orangtua menganggap teknologi ponsel pintar dan media sosial masih dibutuhkan anak-anak mereka, terutama berkaitan tugas sekolah.

Yohana berpendapat, ponsel pintar dan media sosial berbahaya untuk anak-anak. Penggunaan yang berlebihan akan mempengaruhi kemampuan otak mereka.

“Daya nalar mereka akan berkurang, mereka tidak mampu berpikir kritis-analitis. Kemampuan berteori mereka akan menurun karena teknologi sudah memanjakan mereka,” ujarnya.

Bukan tidak mungkin, kata Yohana, akan lahir sarjana-sarjana copy-paste di masa depan, di mana mereka harus berhadapan dengan dunia yang (mungkin) sangat agitatif (penuh hasutan).

Yohana juga menyebutkan, dia baru saja mendapatkan pesan WhatsApp dari (atau tentang pernyataan) Bill Gates, bos Microsoft dan juga dari para pejabat Apple.

Menurutnya, para pencetus teknologi itu sudah menyadari bahaya ponsel pintar dan media sosial bagi anak-anak mereka, sehingga tidak mengizinkan anak-anaknya terpapar teknologi itu sebelum berusia 14 tahun.

Yohana juga berkaca dari pengalamannya mengunjungi beberapa kepolisian resor di Indonesia, tempat di mana anak-anak yang berhadapan dengan hukum mendekam.

Kebanyakan dari anak-anak itu, kata Yohana, melakukan pelanggaran hukum salah satunya karena dampak dari penggunaan ponsel dan media sosial.

“Banyak dari mereka yang diawali dengan rokok, narkoba, lalu dengan alat (ponsel) itu mereka terpapar pornografi sehingga melakukan kejahatan seksual terhadap anak seusia mereka,” katanya.

Yohana mengatakan, dirinya akan tetap mendesak kementerian terkait untuk membuat keputusan bersama demi mencegah dampak-dampak seperti itu terjadi lagi.

“Kami akan mengundang masyarakat dan akademisi, termasuk kementerian dan lembaga terkait untuk melihat bahaya penggunaan HP. Karena sudah ada yang melakukan kajian-kajian itu,” katanya.

Dia menyebutkan, bagaimana para peneliti di Australia menemukan bahwa orang-orang yang banyak menggunakan ponsel akan mengalami gangguan memori.

Beberapa organ lain seperti telinga dan mata, kata Yohana dari hasil penelitian di Australia itu, juga akan terganggu akibat paparan ponsel yang terlalu lama.

Yohana mengatakan, nantinya kebijakan itu akan menekankan batas usia dengan aturan-aturan tertentu tentang penggunaan ponsel dan media sosial.

Dia berharap, dengan adanya kebijakan itu di Indonesia, pemerintah bisa mengantarkan generasi muda ke masa bonus demografi yang diperkirakan terjadi pada 2030 dengan lebih baik.

Merespons wacana ini, Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya mengatakan, dirinya sudah menerapkan pembatasan ponsel untuk anak-anak selama berada di lingkungan sekolah.

“Saya sudah melakukan ini sejak beberapa tahun lalu. Karena saya tahu bahayanya. Tapi kebanyakan orang tua keberatan, katanya susah dihubungi lah, dan sebagainya,” ujar Risma.

Untuk itu, Risma memerintahkan Dinas Kominfo Kota Surabaya mengembangkan aplikasi yang memungkinkan guru melaporkan hasil monitoring siswa kepada orangtuanya.

“Nanti di setiap kelas itu ada layar sentuh yang bisa digunakan guru melaporkan langsung kepada orangtua, apa yang terjadi pada anak-anaknya di sekolah,” kata Risma.

Dengan aplikasi itu, Risma berharap, orangtua tidak lagi khawatir bila anak-anaknya tidak membawa ponsel selama berada di luar rumah, terutama bila berada di lingkungan sekolah.(den/dwi)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Selasa, 18 November 2025
32o
Kurs