Sabtu, 2 Agustus 2025

Negosiasi Tarif Indonesia-AS Bisa Dorong Keseimbangan Neraca Dagang

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Airlangga Hartarto Menko Perekonomian (tengah), didampingi Arif Havas Oegroseno Wakil Menteri Luar Negeri (kiri), Budi Santoso Menteri Perdagangan (kedua kiri), Mari Elka Pangestu Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) (kedua kanan), dan Arrmanatha Nasir Wakil Menteri Luar Negeri (kanan), memberikan keterangan terkait perkembangan dan persiapan pertemuan dengan Amerika Serikat (AS) terkait tarif perdagangan, di Jakarta, Senin (14/4/2025). Foto: Antara

Doddy Ariefianto Pengamat Ekonomi-Perbankan dan Dosen Binus University menilai, negosiasi tarif antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) yang berlangsung pekan ini dinilai sebagai langkah positif untuk menciptakan keseimbangan neraca perdagangan sekaligus memperkuat posisi Indonesia di tengah dinamika ekonomi global.

Dalam pertemuan resmi yang digelar di Washington D.C pada Jumat (18/4/2025) waktu Indonesia, delegasi Indonesia dan AS sepakat untuk menyelesaikan negosiasi dalam kurun waktu 60 hari.

Kesepakatan ini mencakup pembangunan koridor rantai pasok yang tangguh, penguatan kemitraan industri, serta penyusunan peta jalan perdagangan yang saling menguntungkan.

“Ini langkah bagus. Kebijakan tarif Trump itu semakin terlihat mengarah ke perang ekonomi China vs AS. Sehingga kita juga harus ingat kalau terlalu dekat sama yang satu, yang lain akan anggap kita sebagai musuh. Kita harus bisa balance,” ujar Doddy kepada awak media di Jakarta, Jumat (18/4/2025) dilansir Antara.

Dalam upaya mendekatkan hubungan dagang dengan AS, pemerintah Indonesia menyatakan siap meningkatkan impor berbagai komoditas strategis seperti elpiji (LPG), minyak mentah, bensin, gandum, kedelai, pakan ternak, hingga barang modal atau produk-produk yang selama ini belum dapat dipenuhi secara optimal dari dalam negeri.

Selain itu, Indonesia juga membuka ruang lebar bagi perusahaan-perusahaan asal AS untuk tumbuh di Tanah Air, melalui percepatan perizinan, pemberian insentif investasi, dan kemudahan prosedur impor.

Langkah negosiasi ini tak hanya menyentuh perdagangan barang, melainkan juga kerja sama jangka panjang di sektor critical minerals, ekonomi digital, hingga pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan teknologi.

Doddy menekankan bahwa dengan kompleksitas hubungan dagang global, Indonesia perlu memainkan peran sebagai kekuatan penyeimbang di tengah rivalitas dua kekuatan besar dunia.

“Gajah sama gajah berantem, kalau enggak hati-hati kita bisa keinjak-injak di tengah. Delicate situation; perlu approach simultan ke AS dan China,” katanya.

Doddy memandang Indonesia sebagai negara besar mestinya bisa menggalang kekuatan yang netral bersama-sama negara lain.

“Indonesia bisa galang negara-negara lain untuk support WTO (World Trade Organization); suarakan keprihatinan dan dorong deskalasi,” lanjut dia.

Adapun negosiasi ini dipimpin oleh empat tokoh utama dari Indonesia, yakni  Airlangga Hartarto Menko Perekonomian, Sugiono Menlu, Thomas Djiwandono Wamen Keuangan, dan Mari Elka Pangestu Wakil Ketua Dewan Energi Nasional.(ant/kak/wld/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Surabaya
Sabtu, 2 Agustus 2025
26o
Kurs