
Vladimir Putin Presiden Rusia pada, Minggu (4/5/2025), menyatakan harapannya agar senjata nuklir tidak perlu digunakan dalam perang di Ukraina, yang kini memasuki tahun keempat.
Dalam cuplikan wawancara dengan Pavel Zarubin jurnalis untuk film dokumenter yang akan datang, dan telah dibagikan oleh media pemerintah, Putin mengatakan Rusia belum melihat kebutuhan menggunakan senjata tersebut sejak konflik dimulai pada 24 Februari 2022.
“Mereka (Barat) ingin memprovokasi kami, mereka ingin kami membuat kesalahan. Tidak ada kebutuhan untuk menggunakan senjata yang Anda sebutkan. Dan saya harap tidak akan ada kebutuhan,” kata Putin seperti dilansir Anadolu, Senin (5/5/2025).
Ia menegaskan bahwa Rusia memiliki cukup kekuatan dan sumber daya untuk membawa konflik ini menuju “kesimpulan logis” dengan hasil yang diinginkan Moskow.
Putin juga menyebut rekonsiliasi antara Rusia dan Ukraina sebagai sesuatu yang “tidak terelakkan”, dan hanya “masalah waktu” meski ada tragedi yang terjadi selama perang berlangsung.
Pemimpin Rusia itu menuduh negara-negara Barat berusaha “memecah belah” Rusia menjadi beberapa bagian pada 2000-an, dan bertindak “licik” dengan mengatakan satu hal namun melakukan hal yang berbeda.
Saat menyinggung perjanjian Minsk 2014 dan 2015 yang bertujuan mengakhiri konflik di Ukraina timur, Putin mengatakan Rusia berharap kesepakatan itu dipatuhi, namun ternyata “dikhianati”.
Ia menuding Barat menggunakan perjanjian itu sebagai “jeda” untuk mempersenjatai kembali Ukraina dan mempersiapkan perang melawan Rusia.
“Ini juga menjadi pengalaman bagi kami. Dan tentu saja kami harus mempertimbangkan pengalaman ini di masa depan,” ujarnya.
Ia juga membela aneksasi Krimea pada 2014, dengan mengatakan Rusia “terpaksa” bertindak untuk melindungi rakyat Krimea. Menurutnya, pilihan lain berarti “menyerahkan mereka untuk dicabik-cabik.” (bil/iss)