
Jawa Timur kembali menarik perhatian nasional, bukan hanya karena kehangatan warganya, tetapi juga karena keberhasilannya membangun ekonomi daerah berbasis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta kolaborasi erat dengan bank pembangunan daerahnya, Bank Jatim.
Hal itu disampaikan Prof. Rhenald Kasali akademisi dan pakar transformasi, dalam refleksi kunjungannya ke provinsi tersebut baru-baru ini.
“Saya baru saja kembali dari Jawa timur dan seperti biasa, setiap kembali dari satu provinsi yang sangat berkesan ini di hati saya, ingin saya ceritakan,” ujarnya.
Namun kali ini, bukan hanya keramahan masyarakat atau kelezatan kuliner yang mencuri perhatiannya, melainkan kinerja luar biasa Bank Jatim dan kontribusi besar UMKM terhadap ekonomi Jawa Timur.
Bank Jatim mencatat laba bersih sebesar Rp1,28 triliun pada tahun 2024, menjadikannya bank pembangunan daerah (BPD) dengan laba tertinggi di Indonesia.
Rhenald menyoroti bagaimana bank itu tidak hanya kuat secara keuangan, tetapi juga hadir secara sosial.
“Ketika ada bencana, Bank Jatim bukan hanya menyumbang, tapi hadir langsung. Itu yang membuat masyarakat merasa dekat,” ujarnya.
Dia menambahkan, model hubungan antara bank dan masyarakat inilah yang kini menjadi kekuatan utama Bank Jatim.
Lebih jauh, sektor UMKM di Jawa Timur berkontribusi sekitar 59 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi, menjadikannya salah satu yang tertinggi di Indonesia. Provinsi ini juga tercatat memiliki jumlah UMKM terbesar ke-3 nasional, setelah Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Rhenald menyebut kolaborasi antara pelaku usaha dan institusi pendukung di Jawa Timur sebagai contoh “guyub dan produktif.”
“Provinsi lain harus belajar ke Jawa Timur. Mereka punya ekosistem UMKM yang hidup, bank daerah yang kuat, dan masyarakat yang kolaboratif,” katanya.
Selain UMKM, Rhenald juga menyoroti sektor lain seperti industri pengolahan, transportasi, hingga pertanian yang berkembang pesat di wilayah ini.
Suasana sosial Jawa Timur juga dianggap sangat mendukung budaya kolaboratif ini.
“Begitu turun dari pesawat, supir-supir mobil semua pasang Radio Suara Surabaya, dan mereka serius menyimak kabar penangkapan maling mobil. Maling mobil itu paling tidak berkuting di Jawa timur karena ada Radio SS dan masyarakatnya bekerja sama begitu,” ceritanya.
Dengan berbagai pencapaian tersebut, Rhenald menegaskan, Bank Jatim dan UMKM di Jawa Timur di tengah kesulitan ekonomi dan banyak hambatan lainnya.
“Bank daerah jangan kalah dengan bank nasional. Mudah-mudahan ini bisa diikuti oleh provinsi-provinsi lain, bank daerah jangan kalah dengan bank nasional,” tutupnya.(dra/rid)