
Meutya Hafid Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) mengatakan, Pemerintah berupaya melakukan penataan Kartu Subscriber Identity Module (SIM Card) telepon selular yang ada di Indonesia.
Salah satu caranya, mendorong masyarakat migrasi dari kartu fisik ke Embedded Subscriber Identity Module (e-SIM).
Menkomdigi optimistis langkah itu bisa menekan angka kebocoran data, penyalahgunaan identitas, serta panggilan yang tidak diinginkan (spam call).
Berdasarkan data yang dipegang Meutya, sekarang ada sekitar 315 jutaan nomor seluler aktif di Indonesia. Padahal, jumlah penduduknya cuma sekitar 280 juta jiwa.
Berikutnya, Menkomdigi juga menekankan pentingnya pembatasan jumlah nomor seluler yang terdaftar atas satu Nomor Induk Kependudukan (NIK).
“Kami mau mengatur SIM card ya, mohon dukungan. Jadi, ketika kami mengatur itu bukan ingin menyulitkan masyarakat, di antaranya kami meminta kepada operator untuk menegakkan aturan per NIK itu maksimal tiga, itu harus dilakukan pemutahiran data oleh operator. Yang kedua, kalau ponselnya sudah ada standar eSIM-nya, kami dorong, tidak ada kewajiban, kami imbau untuk migrasi (e-SIM), karena itu salah satunya untuk pengamanan. Karena ada data biometrik yang dilakukan untuk memastikan orang ini benar dengan NIK yang tepat. Jadi, tidak ada atau meminimalisir pencurian data. Jadi, kami akan melakukan tata kelola SIM card,” ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (15/5/2025).
Sekadar informasi, Indonesia merupakan negara paling banyak kedua yang menerima spam call dari nomor tidak dikenal, dengan tujuan promosi produk, layanan, bahkan penipuan.
Berdasarkan data Global Call Threat Report kuartal ketiga 2023 dari Hiya perusahaan keamanan digital berbasis di Seattle, Amerika Serikat, sekitar 56,5 persen telepon yang diterima masyarakat Indonesia merupakan spam.
Negara dengan spam call paling banyak adalah Chili (57 persen). Di urutan ketiga yaitu Argentina (56 persen), Hong Kong urutan keempat (56 persen), dan Brasil di urutan kelima (46 persen).
Perusahaan keamanan digital tersebut mencatat ada 6,55 miliar spam call yang terdeteksi di 39 negara sepanjang Juli sampai September 2023, atau sebanyak 73 juta panggilan setiap harinya.
Lebih lanjut, laporan Hiya juga mengungkap penipuan lewat panggilan telepon semakin canggih.
Teknologi kloning suara berbasis AI generatif kerap dipakai meniru suara orang yang akrab dengan korban, seolah-olah meminta bantuan berupa uang.(rid/ham)