
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyiapkan 400 kuota bantuan pendidikan bagi warga tidak mampu secara ekonomi, melalui program Asrama Bibit Unggul.
Rinciannya, 200 kuota dialokasikan untuk mahasiswa lewat program Satu Keluarga Satu Sarjana, dan 200 lainnya untuk pelajar jenjang SMP dan SMA.
Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya mengatakan, bantuan itu merupakan bentuk keberpihakan Pemkot Surabaya kepada keluarga tidak mampu, tanpa mengekspos kondisi mereka.
“Sejak 2022 saya bergerak, saya berusaha menjaga privasinya warga saya yang saya datangi. Saya tidak ingin mereka malu atau minder,” tegas Eri, Senin (26/5/2025).
Dia menjelaskan, keberadaan asrama itu bukan untuk menghukum atau memaksa para penerima bantuan melakukan kegiatan fisik. Melainkan, membentuk pola pikir remaja agar lebih baik.
“Jadi, kalau dari keluarga tidak mampu, kami bantu. Bisa lewat sekolah dan masuk asrama Kanri (Kampung Anak Negeri) atau Bibit Unggul. Tapi kalau masih mampu, ya tetap pengawasannya kami lakukan bersama. Inilah bentuk gotong-royong,” jelasnya.
Asrama Bibit Unggul, lanjut Eri, juga merupakan tindak lanjut evaluasi dari program Sekolah Kebangsaan yang hanya berlangsung 10 hari dan dinilai belum mampu memberikan dampak perubahan perilaku jangka panjang.
“Setelah 3-4 bulan, ternyata ada yang kembali ke kebiasaan lama. Makanya kami buka asrama, seperti Kampung Anak Negeri dan program Satu Sarjana Satu Keluarga Miskin. Ini untuk menampung anak-anak yang membutuhkan pembinaan lebih lanjut,” lanjut Eri.
Sementara itu, Ida Widyawati Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (DP3A-PPKB) Kota Surabaya menyatakan, pihaknya akan mempercepat pembinaan terhadap orang tua dan remaja.
“Pemkot Surabaya siap membantu keluarga yang tidak mampu dengan memfasilitasi biaya pendidikan anak, termasuk melalui Asrama Bibit Unggul atau Kampung Anak Negeri bagi mereka yang ingin bersekolah penuh,” ujar Ida.
Menurutnya, pola asuh yang tepat dan lingkungan yang aman sangat penting untuk tumbuh kembang anak.
“Kami terus berupaya mengedukasi masyarakat tentang pola asuh remaja melalui berbagai inisiatif pencegahan, seperti Puspaga Balai RW dan Kampung Arek Surabaya Ramah Perempuan dan Anak. Program-program ini menekankan pentingnya keamanan anak di lingkungan, termasuk penerapan jam malam, serta memberikan apresiasi kepada RW yang konsen terhadap hal tersebut,” tandasnya. (lta/bil/rid)