Sabtu, 2 Agustus 2025
Program Wawasan Polling Radio Suara Surabaya

Psikolog Ungkap Penggunaan Gadget Pada Anak Bisa Pengaruhi Perkembangan Fisik dan Kognitif

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Ilustrasi anak-anak sedang bermain gawai. Foto: Antara

Asteria R Saroinsong Psikolog Perkembangan Anak Keluarga dan Pengembangan Diri mengungkapkan penggunaan gadget pada anak-anak dapat mempengaruhi proses perkembangan fisik hingga kognitif.

Menurut Asteria, hambatan perkembangan fisik dan kognitif itu dipengaruhi oleh kecepatan informasi media sosial yang kerap menjadi konsumi anak saat bermain gadget.

Salah satu gejala yang bisa memicu anak saat terlalu sering bermain gadget adalah gangguan kesehatan mata.

“Menurut beberapa ahli dan literasi yang saya baca dari Amerika, bisa aja mengganggu perkembangan anak yang terlalu dini diberi HP, tayangan-tanyangan cepat itu mempengaruhi kesehatan mata,” ujar Asteria saat mengudara di Program Wawasan Polling Radio Suara Surabaya, Kamis (31/7/2025).

Psikolog itu juga menyebut kecepatan tayangan dan banyaknya pilihan konten di dalam gawai dapat memicu gejala brain rot atau penurunan kemampuan kognitif anak di masa mendatang.

“Secara mereka memproses kognitif juga, karena kalau biasa main gadget dibiarin terus (bisa mempengaruhi) konsentrasi ya dia terbiasa dengan stimulasi (gadget) yang cepat dan berpindah-pindah,” tuturnya.

Oleh karena itu Asteria mengingatkan kepada para orangtua supaya melakukan pengawasan apabila memberikan gadget kepada anak dan melakukan kesepakatan penggunaannya untuk apa saja.

Apabila gadget tersebut diberikan untuk kebutuhan mengerjakan tugas sekolah maka orangtua boleh memberikannya namun tetap dalam pengawasan orang yang bisa dipercaya.

Kemuidan bila ada orangtua yang sengaja memberikan gadget kepada anak, bukan berarti anak tersebut bisa bebas bermain sesukanya.

Asteria menegaskan, harus ada batasan-batasan yang diberikan orangtua apabila anak diberikan gadget sendiri.

Menurutnya, seorang anak tidak bisa dilepas kontrol bermain gadget karena masih dalam fase memahami emosi dan membentuk tanggungjawab.

“Kontrol orangtua paling penting, anak punya HP sendiri belum berarti bebas pakai HP, ajarkan mereka bounderiesnya (batasan) dan alasannya karena mereka belum matang,” jelasnya.

Meski begitu, Asteria menyebut sebenarnya tidak ada batasan pasti sejak di usia kapan anak boleh bermain gadget. Berdasarkan sejumlah jurnal, kata dia, anak baru layak diberikan HP setelah usia 10-14 tahun.

Namun dia menegaskan yang paling penting dari penggunaan gadget pada anak adalah pengawasan orangtua serta memberikan alasan, batasan, dan etika bermain media sosial.

“Lalu medsos, anak-anak kita berisiko juga, misalnya Roblox itu juga ada chatnya kalau saya pribadi saat diberikan HP ajarkan bounderis lalu ajari etika bermedsos, do and don’t. Misal ngomong yang baik jangan suka maki-maki itu harus diajarkan konsisten,” tandasnya.

Dalam diskusi di Program Wawasan Polling Suara Surabaya, Kamis (31/7/2025) pagi, mayoritas masyarakat menyatakan tidak setuju apabila anak-anak SD sudah mempunyai ponsel pribadi.

Berdasarkan data Gatekeeper Radio Suara Surabaya, di sosial media instagram menunjukkan 28 persen masyarakat mengaku setuju apabila anak SD boleh bermain ponsel sedangkan 72 persen menyatakan tidak setuju.

Sementara itu sepanjang program wawasan berlangsung sebanyak 31 persen pendengar Radio Suara Surabaya setuju dan 69 sisanya tidak setuju anak SD bermain ponsel.(wld/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Surabaya
Sabtu, 2 Agustus 2025
26o
Kurs