Selasa, 12 Agustus 2025

Rupiah Dibuka Melemah Seiring Penundaan Tarif AS Terhadap China Diperpanjang

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (15/5/2025). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp16.528,5 atau menguat 0,20 persen dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. Foto: Antara

Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Selasa (12/8/2025), di Jakarta, melemah sebesar 9 poin atau 0,06 persen menjadi Rp16.289 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.280 per dolar AS.

Terkait hal itu, Lukman Leong Analis mata uang Doo Financial Futures memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah melemah seiring penundaan tarif AS terhadap China diperpanjang.

“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang rebound menyusul diperpanjangnya penundaan tarif pada China untuk 90 hari,” katanya kepada Antara di Jakarta, Selasa (12/8/2025).

Mengutip Kyodo, Donald Trump Presiden AS, pada Senin (11/8/2025), menandatangani perintah eksekutif yang memperpanjang gencatan perang tarif dengan China selama 90 hari. Tanpa perpanjangan tersebut, produk-produk buatan China yang masuk ke AS akan dikenakan tarif tambahan sebesar 24 persen mulai Selasa (12/8/2025).

Para pejabat memastikan bahwa kedua negara berencana memperpanjang penundaan itu setelah melakukan pembicaraan tingkat tinggi di Stockholm, Swedia, akhir Juli lalu.

Pada pertengahan Mei, AS dan China sepakat untuk menahan tarif tinggi yang saling mereka terapkan selama perang dagang. Gencatan itu adalah hasil kesepakatan di Jenewa pada putaran pertama perundingan kedua negara.

Saat ini, AS memberlakukan tarif 10 persen dari rencana kenaikan 34 persen untuk seluruh impor dari China. Tarif awal 10 persen itu diberlakukan sejak awal April di bawah skema tarif “timbal balik,” sementara sisa kenaikannya masih akan dirundingkan.

China juga mempertahankan tarif 10 persen dari rencana kenaikan 34 persen untuk seluruh barang AS yang diimpor, sementara sisa 24 persen masih dalam tahap negosiasi.

“Dampak tarif lebih besar pada dolar AS (karena) dampaknya pada ekonomi AS lebih besar,” ucap Lukman.

Pelemahan kurs rupiah juga dipengaruhi sikap antisipasi investor atas angka inflasi AS yang diperkirakan akan menunjukkan kenaikan harga.

“Inflasi umum diperkirakan naik ke 2,8 persen dari 2,7 persen dan inflasi inti naik ke 3 persen dari 2,9 persen,” ungkap dia.(ant/dis/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Surabaya
Selasa, 12 Agustus 2025
31o
Kurs