
Surabaya bulan lalu kembali menorehkan kebanggaan di level nasional lewat terpilihnya Arka Bintang Is’adkauthar siswa SMA Al Hikmah Surabaya, sebagai Komandan Pasukan 8 Paskibraka Nasional 2025 di Istana Merdeka, Jakarta.
Tapi di balik prestasi itu, ada proses panjang pembinaan dan seleksi yang dilakukan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Surabaya.
Maria Theresia Ekawati Rahayu Staf Ahli Wali Kota Surabaya Bidang Hukum, Politik dan Pemerintahan, menjelaskan bahwa setiap tahun ada seribu lebih siswa SMA/SMK sederajat yang mendaftar untuk menjadi Paskibraka Kota Surabaya.
“Salah satu tugas dan fungsi Bakesbangpol itu memang melakukan pembinaan pasukan pengibar bendera pusaka dalam rangka mengibarkan bendera untuk peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Setiap tahunnya di Surabaya ada 100 putra-putri dari SMA, SMK yang sederajat yang terpilih sebagai pasukan pengibar bendera pusaka. Itu terdiri dari 50 putra dan 50 putri,” kata Yayuk sapaan akrabnya saat mengisi program Semanggi Suroboyo, di Radio Suara Surabaya, Jumat (12/92025).
Menurut Yayuk yang juga mantan Kepala Bakesbangpol, seleksi dilakukan berlapis. Mulai dari seleksi administrasi berupa dokumen kependudukan, nilai rapor, izin orang tua, izin kepala sekolah, hingga syarat usia antara 16–18 tahun.
Setelah seleksi administrasi, ini ada juga seleksi ideologi Pancasila dan tes intelijensi umum. Dari semua seleksi ini, hasilnya dikirim ke Badan Ideologi Pembinaan Pancasila (BPI) dan penilaiannya dilakukan secara online.
Selain itu, calon Paskibraka juga harus memenuhi syarat tinggi badan 170 180 cm untuk putra, dan 165–175 cm untuk putri dengan berat badan ideal. Kemudian ada seleksi kesehatan meliputi buta warna atau tidak, hingga pemeriksaan kondisi mata.
“Untuk Paskibraka ini tidak boleh memakai kacamata atau soft lens, minusnya juga tidak boleh lebih dari dua. Nah, ini yang seringkali banyak gugur di sini untuk peserta dari Surabaya,” jelasnya.
Selain kesehatan, aspek kepribadian juga diuji, seperti rekam jejak digital para calon Paskibraka. “Jadi sampai dilihat akun-akun digitalnya, ngapain aja. Itu aturan nasional ya, sejak 2024 diberlakukan,” tambah Maria.
Maria menegaskan, dalam proses seleksi dan pembinaan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya tidak berjalan sendiri. Pemkot lewat dinas kesehatan bekerja sama dengan Garnisun Surabayamelakukan tes kesehatan dan tes fisik.
“Kemudian ada tes PBB dan kesamaptaan. Yang terakhir seleksi kepribadian. Jadi memang lengkap,” katanya.
Untuk melatih para calon Paskibraka, Bakesbangpol bahkan melibatkan berbagai narasumber. Menurut Yayuk, membimbing mereka memang harus lebih banyak pendekatannya. Tidak hanya dibimbing secara fisik, namun juga cara menghadapi wawancara.
“Kalau kesulitan sebetulnya tidak, tetapi memang penekanannya harus sedikit beda. Sekarang ini adik-adik berhadapannya dengan teknologi informasi, sehingga dari sisi kepekaan, dari sisi kepedulian itu yang harus kita sentuh sehingga mereka lebih mempunyai wawasan,” ujarnya.
Dari seluruh proses itu, Surabaya akhirnya mengirim tiga putra dan tiga putri terbaik ke tingkat provinsi. Dari Jawa Timur, kemudian disaring lagi untuk ke tingkat nasional. Yang mana, Arka Bintang Is’adkauthar dari Surabaya berhasil lolos ke tingkat nasional., bahkan terpilih menjadi Komandan Pasukan 8 di Istana Merdeka.
“Untuk Jawa Timur Arka terpilih nomor satu, sehingga ia mewakili di tingkat nasional. Dan Alhamdulillah, ia dipercaya menjadi komandan pasukan 8 di Istana Merdeka,” tutur Maria. (bil)