
Arif Fathoni Wakil Ketua DPRD Kota Sueabaya mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memperkuat literasi digital, berkaca dari kerusuhan akhir Agustus lalu.
Kerusuhan bermula dari ajakan demonstrasi yang menyebar di sosial media, digerakkan sebuah tagar atau hashtag, juga disulut informasi hoaks.
Menurutnya, itu alarm keras tentang pentingnya literasi digital yang harus diperkuat.
“Hari ini kita tidak lagi bisa memandang remeh. Fenomena demonstrasi menunjukkan bagaimana hashtag bisa menggerakkan massa. Maka literasi digital bukan sekadar program, melainkan kebutuhan mendesak,” katanya, Jumat (19/9/2025).
Menurutnya, Pemerintah Kota Surabaya perlu menghidupkan lagi program literasi digital yang pernah dijalankan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan kota Surabaya.
Generasi penerus, sambungnya, harus dibekali kemampuan memilah, menyaring, dan menilai informasi.
“Jangan biarkan anak-anak muda kita terseret arus informasi yang menyesatkan. Jadikan mereka agent of truth, agen kebenaran yang berani melawan hoaks dan narasi manipulatif,” ungkapnya.
Dia juga mendorong pelibatan komunitas pemuda, seperti Pemuda Tangguh dan Karang Taruna untuk menggerakkan literasi.
Selain terus menghidupkan Taman Baca Masyarakat (TBM) yang ada di balai RW, Fathoni usul, Pemkot bisa menghadirkan perpustakaan dengan konsep yang lebih humanis, ramah keluarga, dan menyatu dengan alam di kawasan timur Surabaya, dekat RS Eka Candra Rini.
“Bayangkan sebuah ruang di mana anak-anak bisa bermain leluasa, sementara orang tua bisa dengan tenang membaca. Perpustakaan yang mudah diakses masyarakat sambil berekreasi,” tuturnya.
Menurutnya, gabungan literasi digital dan perpustakaan yang inklusif akan melahirkan warga Surabaya yang kritis, tangguh, juga adaptif terhadap perubahan zaman.
“Inilah investasi jangka panjang. Karena membangun kota bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga membangun pikiran warganya,” tandasnya. (lta/rid)