
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur (BBP Jatim) melalui Tim Kerja Pembinaan dan Bahasa Hukum menekankan pentingnya peran media dalam menghadirkan bahasa Indonesia yang berkualitas di ruang media.
“Bahasa Indonesia di media massa adalah wajah bangsa. Melalui penyegaran kebahasaan ini, kami berharap para jurnalis semakin terampil menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, tanpa kehilangan daya kritis serta kekhasan jurnalistiknya,” kata Puji Retno Hardiningtyas Kepala BBP Jatim di Surbaya, Senin (22/9/2025).
Retno mengatakan, konsistensi dalam penggunaan bahasa Indonesia tidak hanya menjadi tanggung jawab institusi pendidikan dan kebahasaan, tetapi juga menjadi bagian dari profesionalisme jurnalis.
Awaludin Rusiandi penerjemah ahli madya BBP Jatim mengingatkan pentingnya ketelitian jurnalis dalam memilih kata dan menggunakan ejaan.
“Bahasa jurnalistik harus lugas, jelas, dan sesuai kaidah. Kesalahan sekecil apa pun, misalnya dalam ejaan atau pilihan kata, bisa mengubah makna dan menurunkan kredibilitas media,” ucapnya.
Menurutnya, penguasaan bahasa yang baik akan memperkuat posisi media sebagai sumber informasi yang terpercaya.
BPP Jatim berharap, ke depan semakin kuat kesadaran kolektif bahwa bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah kunci utama dalam penyampaian informasi yang akurat, santun, dan dapat dipercaya.
Wahyu Kuncoro Wakil Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jatim menuturkan bahwa jurnalis harus menyeimbangkan antara kecepatan penyajian informasi dengan ketepatan bahasa.
“Di era digital, jurnalis dituntut serba cepat. Namun, kecepatan tidak boleh mengorbankan ketepatan bahasa. Justru, bahasa yang baik akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap media,” ujarnya.
Ia mengatakan, kesalahan bahasa yang berulang bisa melemahkan reputasi media di mata pembacanya.
Andre Yuris Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Surabaya menambahkan bahwa dalam menulis esai juga sama, butuh kemampuan meramu bahasa agar tetap komunikatif dan mudah dipahami pembaca, meskipun membawa gagasan yang kompleks.
“Menulis esai membutuhkan keluwesan bahasa. Namun, keluwesan itu tetap harus berpijak pada kaidah bahasa yang benar agar tulisan enak dibaca sekaligus bernilai,” ucapnya.
Andre menekankan bahwa kekuatan esai bukan hanya pada ide, tetapi juga pada bagaimana bahasa dapat menghadirkan kedalaman tanpa menghilangkan pemaknaan, maksud dan tujuan tulisan.
Seperti diketahui, kegiatan yang digelar BPP Jatim dengan menggandeng insan media tersebut, merupakan upaya untuk terus menjaga mutu bahasa Indonesia di ranah publik dan media massa sebagai garda terdepan penyaji informasi bagi masyarakat. (ris/saf/ipg)