Rini Indriyani bukan hanya dikenal sebagai istri Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya, tetapi juga sebagai sosok perempuan yang tangguh, peduli pada pendidikan dan masyarakat. Dalam kesehariannya, dia menyeimbangkan peran sebagai ibu, istri, dan tugas sosial yang aktif dalam berbagai program pemerintah dan organisasi masyarakat.
Dalam wawancara eksklusif dengan suarasurabaya.net, Rini berbagi cerita tentang bagaimana dia menjalani peran-peran penting itu, momen-momen kecil yang berkesan bersama keluarga, hingga kiprahnya dalam menurunkan angka stunting dan mendukung pendidikan anak usia dini di Surabaya.
Menjadi Ibu di Tengah Kesibukan
Sebagai seorang ibu dan pendamping wali kota, Bu Rini menghadapi tantangan yang tidak ringan: menjaga keseimbangan antara keluarga dan tugas sosialnya. Saat ditanya bagaimana ia membagi waktu, ia tersenyum lembut.
“Saya punya prioritas, ya, Mas. Saya sudah sepakat sama Bapak tanggung jawab saya itu adalah sebagai ibu di rumah. Jadi, saya punya prioritas sehingga harus bisa menjalankan itu dengan seimbang,” ujarnya.
Bagi Rini, keseimbangan bukan soal waktu yang sama rata, melainkan memahami kebutuhan yang berbeda antara keluarga dan masyarakat.

“Kalau Bapak kan memang fokus dengan masyarakat. Tugasnya dengan masyarakat. Maka kami harus berbagi. Saya kan hanya menjadi pendamping, hanya menjadi mitra dari pemerintah. Sehingga saya harus lebih bisa apa namanya membagi itu dengan anak-anak. Dan kami sudah sepakat bahwa ketika anak-anak butuh, saya harus ada di sana,” ungkap Ketua Tim Penggerak PKK Kota Surabaya itu.
Rini menambahkan bahwa putra dan putrinya sudah sangat paham dengan pekerjaan kedua orang tuanya. “Kadang anak saya ingin menangis. Saya pun bilang, ‘Oke, sebentar ya, nanti kita ketemu di sini ya sayang’,” ungkap Rini dengan mata berbinar.
Komunikasi Sederhana yang Memperkuat Harmoni
Hidup harmonis dengan pasangan yang sama-sama sibuk, apalagi seorang Wali Kota, bukan perkara mudah. Namun Rini menemukan rahasianya dalam kesederhanaan. “Saya dan bapak lebih suka hal-hal simpel. Ketika pulang ke rumah, kami sering guyon receh, nonton film horor sambil ketawa-ketawa. Hal-hal kecil ini justru membangun bonding,” ujarnya.
Rini menekankan bahwa dia dan Eri Cahyadi jarang membahas pekerjaan di rumah. “Pak Eri bukan tipe suami yang suka bercerita tentang masalahnya. Ia menyelesaikan dulu, baru kadang cerita. Saya tidak memaksa, kami lebih ngobrol yang ringan-ringan saja. Bahkan hanya makan berdua dan bercanda itu sudah bikin bonding kuat,” tambahnya sambil tersenyum.

Namun, kehidupan rumah tangga mereka tidak sepenuhnya bebas dari drama kecil, seperti ketika tim sepak bola favorit Eri Cahyadi, yakni Manchester United dan Persebaya, memetik hasil negatif.
“Kalau MU kalah atau Persebaya kalah, beliau suka ngomel. Saya hanya jadi pendengar yang baik. Karena saya tidak paham bola, tapi saya berusaha menjadi pendengar yang baik untuk suami saya,” ceritanya sambil tertawa.
Momen Keluarga yang Tak Ternilai
Di balik kesibukan dan kegiatan sosialnya, Rini tetap berusaha menciptakan momen berkualitas bersama keluarga. “Kalau rindu, rindu keluar bareng. Keluar kota itu susah karena anak-anak sudah besar dan punya kegiatan. Jadi kami lebih fokus pada quality time daripada quantity time,” katanya.
Momen sederhana seperti makan siang bersama keluarga pada hari Minggu pun diatur dengan disiplin. “Saya bikin ultimatum, anak-anak enggak boleh ada kegiatan. Kami makan bareng, HP ditaruh. ‘Ini waktu makan, bukan waktu kerja,’ begitu kami sepakat,” ujarnya.
Rini mengaku bahwa keluarganya tidak punya restoran favorit. Mereka bisa makan di resto yang sedang hits. Atau, menikmati kuliner di Sentra Wisata Kuliner (SWK).
Dengan jabatan Eri Cahyadi sebagai Wali Kota Surabaya, Rini tak menampik bahwa ada banyak ajakan foto dan interaksi dengan warga saat bersantap di luar rumah. Namun dia mengaku bahwa anak-anaknya sudah terbiasa akan hal itu.

“Misalnya ada warga yang mau foto bareng dengan bapak, anak saya tak ragu mengajukan diri untuk memfotokan,” ujarnya.
Salah satu momen yang selalu membekas di hati Rini adalah ketika anaknya melihat langsung dampak program sosial yang dilakukan Eri Cahyadi di Surabaya.
“Saya mengajak anak saya ke sebuah acara koperasi padat karya. Ada ibu-ibu yang tadinya ingin menjual ginjal demi biaya sekolah anaknya, tapi berkat program itu mereka bisa tetap sekolah. Ketika ditanya oleh MC, anak saya bilang, ‘Aku ikhlas harus berbagi sayang dengan ayah, harus berbagi sayang dengan ibu. Aku melihat apa yang dikerjakan sama ayah dan ibu itu ternyata membantu banyak orang,” cerita Rini diiringi air mata yang membasahi pipinya.
“Itu yang membuat saya menangis. Sebab anak-anak saya melihat bahwa di luar sana tuh masih banyak orang yang belum beruntung. Masih banyak orang yang harus dibantu. Dan apa yang ayah dan ibu lakukan itu sebenarnya semata-mata hanya untuk membantu masyarakat,” sambung Rini.
Menjaga Privasi Anak di Tengah Sorotan Publik
Sebagai istri wali kota, Rini menghadapi tantangan dalam menjaga privasi anak-anak. Rini juga menekankan bahwa jabatan itu bersifat sementara. Bahkan Rini mengungkapkan bahwa keluarganya jarang menempati rumah dinas Wali Kota Surabaya di Jalan Sedap Malam. Kecuali jika ada kegiatan pagi-pagi di Balai Kota, atau ketika mereka harus pulang larut malam.
“Bahkan anak saya bilang bahwa saya sangat-sangat strict untuk anak saya. Jadi salah satu alasan kenapa anak saya tinggal di rumah pribadi, karena kalau tinggal di rumah dinas, semua fasilitas sudah tersedia, jadi mereka tidak ada berusahanya. Oleh sebab itu saya berusaha mendidik anak-anak saya itu, ya, apa adanya,” ujarnya.

Rini pun menceritakan pengalaman lucu saat anak pertamanya yang waktu itu masih duduk di bangku SMA, tidak ingin rapornya diambil oleh Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya.
“Waktu itu saya tidak bisa ambil rapor. Begitu Bapak yang ngambil rapor, heboh semua minta foto. Besoknya anak saya bilang gini, ‘Pokoknya mulai hari ini aku enggak mau rapornya diambil sama ayah.’ Sejak saat itu sesibuk apa pun saya, saya pasti datang,” ujar Rini.
Fokus pada Pengasuhan Anak Usia Dini dan Stunting
Selain sebagai istri dan ibu, Rini aktif sebagai Bunda PAUD Kota Surabaya. Dia menekankan pentingnya pengasuhan anak usia dini.
“Kalau pengasuhan, tidak semua orang punya mindset yang sama . Salah satunya peran ayah dalam mendidik anak-anak. Ayah itu mungkin ada stigma bahwa ayah itu bekerja. Itu tugasnya ibu nih untuk jaga anak-anak gitu ya. Padahal salah. Ayah itu adalah cinta pertamanya anak perempuannya. Jadi kehadiran ayah itu sangat penting sekali,” jabarnya.

Rini aktif berbagi pengalaman keluarga sebagai contoh praktis. Menurutnya, anak-anak tidak boleh kehilangan peran orang tua hanya karena faktor kesibukan kegiatan atau pekerjaan sang orang tua.
“Apalagi sekarang mengasuh anak-anak Gen Alpha. Orang tua harus cerdas. Harus punya onovasi bagaimana menjadi orang tua yang asyik dan teman yang asyik pula,” ujarnya.
Kemudian sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Kota Surabaya, Rini mengawasi program-program sosial, termasuk penanganan stunting dan gizi buruk. “Kolaborasi itu kunci. Saya terjun langsung ke lapangan, mendampingi ibu hamil berisiko, memastikan anak-anak mendapatkan nutrisi yang cukup,” ujarnya.
Dia menekankan bahwa keberhasilan program memerlukan ketelatenan dan dukungan masyarakat. Menurutnya, masalah stunting itu kompleks, bukan hanya karena gizi semata.
“Faktor lingkungan, pendidikan, hingga kesadaran masyarakat memengaruhi. Kami berusaha dari hulu ke hilir, mulai dari pendidikan calon pengantin hingga pemantauan anak lahir,” tambahnya.
Pesan untuk Perempuan dan Para Ibu di Surabaya
Pada akhir wawancara, Bu Rini berbagi pesan bagi perempuan di Surabaya agar bisa menjadi ibu yang tangguh dan berdaya. “Jadilah ibu yang asik dan keren untuk anak-anak. Miliki mimpi, jangan lelah mendoakan mereka. Kalimat positif yang diucapkan sangat penting, karena itu doa. Anak-anak juga butuh tempat curhat,” pesannya dengan hangat.
Dia menekankan bahwa menjadi ibu hebat bukan soal kesempurnaan, tapi tentang ketulusan, perhatian, dan kemampuan membagi peran.
“Saya masih belajar setiap hari, tapi yang penting anak-anak merasa dicintai dan diperhatikan. Itu sudah membuat saya bersyukur,” ujarnya menutup perbincangan. (saf/iss)
NOW ON AIR SSFM 100
