Senin, 10 November 2025

Rupiah Menguat ke Rp16.654, Dorongan Optimisme Konsumen dan Sentimen Global

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi - Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. Foto: Antara

Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Senin (10/11/2025) sore menguat sebesar 36 poin atau 0,22 persen menjadi Rp16.654 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.690 per dolar AS.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) pada hari ini juga menguat di level Rp16.666 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.704 per dolar AS.

Ibrahim Assuaibi pengamat mata uang dan komoditas menganggap penguatan nilai tukar rupiah dipengaruhi tingkat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang melonjak tajam pada Oktober 2025 menjadi 121,2, naik dari bulan sebelumnya yang berada di level 115.

“Keyakinan masyarakat Indonesia terhadap kondisi ekonomi nasional kembali melonjak tajam pada Oktober 2025. Hasil Survei Konsumen terbaru dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan adanya rebound optimisme,” ucapnya dilansir dari Antara.

Angka IKK ini mengindikasikan bahwa konsumen sangat yakin dan percaya diri melihat prospek perekonomian nasional.

Peningkatan optimisme didorong oleh persepsi masyarakat yang membaik terhadap kedua komponen utama pembentuk IKK.

Pertama adalah Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang mengalami kenaikan signifikan, dari 102,7 pada September menjadi 109,1 pada Oktober. Kenaikan tersebut mencerminkan persepsi masyarakat yang membaik terhadap kondisi riil, seperti penghasilan yang diterima dan ketersediaan lapangan kerja saat ini.

Kedua yaitu Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang menunjukkan peningkatan kuat, melompat dari 127,2 menjadi 133,4. Kenaikan pada IEK menandakan harapan dan optimisme masyarakat terhadap prospek kondisi ekonomi untuk enam bulan ke depan meningkat drastis.

“Secara keseluruhan, kuatnya rebound IKK ini mengirimkan sinyal positif bahwa konsumsi rumah tangga, sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi, diprediksi akan semakin kuat dan menjadi pendorong aktivitas ekonomi yang berkelanjutan di kuartal IV tahun 2025,” ujar Ibrahim.

Sentimen lain terhadap penguatan kurs rupiah dipicu spekulasi berkelanjutan dari sebagian besar investor bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Desember, terutama pasca serangkaian data sektor swasta yang lemah di pasar tenaga kerja pekan lalu.

Data pekerjaan Challenger menunjukkan AS mengalami gelombang pemutusan hubungan kerja terburuk dalam sekitar 20 tahun pada bulan Oktober. Data tersebut meningkatkan spekulasi The Fed akan memangkas suku bunga untuk mencegah pelemahan pasar tenaga kerja lebih lanjut.

Menurut CME Fedwatch, para investor memperkirakan peluang sebesar 61,9 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin pada bulan Desember.

Penguatan rupiah disebabkan pula berakhirnya penutupan pemerintah AS seiring pemungutan suara Senat AS untuk melanjutkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pendanaan. Senat telah memberikan suara 60-40 untuk mempertimbangkan RUU belanja itu, dan akan mengadakan pemungutan suara terakhir dalam beberapa hari mendatang.

“RUU ini menandai berakhirnya filibuster yang dilakukan Partai Demokrat di Senat, yang sebagian besar menjadi penyebab penutupan pemerintah yang masih berlangsung hingga saat ini. Berakhirnya penutupan pemerintah juga diperkirakan akan membuka pintu bagi rilis data ekonomi AS lainnya dalam beberapa hari mendatang,” ungkapnya. (ant/saf/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Senin, 10 November 2025
24o
Kurs