Selasa, 11 November 2025

Kemenperin Sebut Enam Industri Nasional Tertekan Banjir Produk Impor

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Febri Hendri Antoni Arif Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kementerian) ketika ditemui awak media di Jakarta pada Selasa (11/11/2025). Foto: Antara

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan bahwa saat ini terdapat enam faktor industri yang dibanjiri produk impor jadi yaitu tekstil, baja, elektronik, kosmetik, keramik, dan alas kaki.

Febri Hendri Antoni Arif Juru Biacara Kemenperin menyampaikan bahwa masifnya produk impor menggangu kinerja enam sektor tersebut, serta membuat utilisasi dan produksi industri terkait menjadi tidak maksimal.

‎”Itu membuat industri di dalam negeri mau produksi banyak berpikir terlebih dahulu. Akhirnya menahan. Harusnya bisa produksi 100, produksi 60 dulu. Takutnya nanti tidak terserap pasar,” ucapnya dilansir dari Antara. pada Selasa (11/11/2025)

Selain itu, Febri mengatakan bahwa dari enam produk impor jadi, baru sektor tekstik yang memiliki aturan terkait pengaturan impor.

Kememperin mendukung upaya yang diambil oleh Kementerian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang menyiapkan skema kemitraan antara pedagang pakaian bekas atau thrifting dan pelaku UMKM.

Untuk pasar domestik diprioritaskan agar menggunakan produk dalam negeri dan tidak menggunakan produk impor jadi.

‎”Membeli produk lokal itu artinya melindungi saudara-saudara kita yang bekerja pada industri itu,” ucapnya.

Sebelumnya, Faisol Riza Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) menyatakan bahwa pihaknya tengah memperkuat perlindungan pasar dan menarik investasi baru industri baja guna memenuhi kebutuhan domestik yang saat ini 55 persen dipenuhi impor.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga 2021, jumlah perusahaan yang terdaftar dengan Klasifikasi Baku Lapangan Indonesia (KBLI) 24 untuk logam dasar ada 562 perusahaan dan KBLI 25 barang logam, bukan mesin dan peralatannya, terdapat 1.592 perusahaan.

Wamenperin menyatakan saat ini terdapat perbedaan signifikan antara konsumsi baja dengan produksi nasional, dan perbedaan tersebut diisi oleh 55 persen impor yang mayoritas berasal dari China. (ant/fan/saf/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Selasa, 11 November 2025
24o
Kurs