Selasa, 18 November 2025

Penyakit Gigi dan Gusi Bisa Serang Organ Vital, FKG Unair Peringatkan Masyarakat

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Peringatan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2025 di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, pada Selasa (18/11/2025). Foto: Risky suarasurabaya.net

Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) dan Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Airlangga (Unair) mengingatkan bahwa penyakit gigi serta gusi atau gingivitis memiliki dampak serius pada kesehatan tubuh.

Hal itu ditekankan oleh FKG dan RSGM Unair, seiring dengan masih berlangsungnya peringatan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2025.

Muhammad Luthfi Dekan FKG Unair mengatakan, penyakit gusi atau gingivitis sampai saat ini masih kerap diabaikan masyarakat, padahal bisa berdampak serius.

“Gingivitis sering dianggap sepele, padahal plak atau karang gigi bisa menjadi pintu masuk bakteri ke organ vital seperti jantung, ginjal, hingga otak. Ini dapat berdampak fatal dan karena itu kami menyebutnya silent killer,” katanya di FKG Unair, Surabaya pada Selasa (18/11/2025).

Ia mengingatkan, gejala ringan seperti gusi bengkak dan mudah berdarah juga tidak bisa disepekan, karena hal tersebut bisa menjadi pintu masuk bakteri ke peredaran darah dan menyebar ke organ penting.

Namun, ia mengatakan bahwa penyakit gusi bisa disembuhkan melalui perawatan yang tepat, seperti melakukan pemeriksaan rutin setiap enam bulan sekali, menjaga rongga mulut, menggunakan pasta gigi berfluoride, dan menjaga kebersihan rongga mulut.

Agung Krismariono Direktur RSGM Unair mengatakan, sejak BKGN pertama kali diadakan pada 2011, kasus terbanyak yang ditemukan pada masyarakat adalah kalkulus atau karang gigi. Ia menegaskan, karang gigi merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkembang dan dampaknya bisa merusak jaringan gusi.

“Karang gigi adalah sumber hidupnya bakteri. Jika dibiarkan, ia merusak gusi. Gusi adalah pintu gerbang kesehatan tubuh. Jika perlekatannya rusak, bakteri akan masuk ke dalam tubuh dan memicu penyakit yang lebih serius,” bebernya.

Agung mengatakan, penyakit gusi dapat terjadi pada seluruh kelompok usia, termasuk anak usia sekolah dasar yang saat ini juga mulai ditemukan memiliki kalkulus.

Dalam kesempatan itu, ia juga menegaskan bahwa gingivitis merupakan silent disease yang tidak selalu menunjukkan gejala pada tahap awal, tetapi dapat berkembang menjadi kondisi berat.

Untuk mengatasi hal tersebut, FKG dan RSGM Unair mengerahkan tenaga medis untuk memberi pelayanan kesehatan gigi, rinciannya yakni ada sekitar 130 dokter dan tenaga RSGM, sekitar 110 dokter residen, serta sekitar 50 dokter spesialis maupun subspesialis untuk pemeriksaan dalam BKGN 2025.

Ganendra Anugrah, Ketua Panitia BKGN Unair menambahkan bahwa sepanjang satu bulan terakhir, penyuluhan kesehatan gigi dan mulut telah menjangkau setidaknya 1.160 murid dan masyarakat di sejumlah sekolah dasar, pesantren, dan komunitas dewasa.

Pihaknya menargetkan sebanyak 750 pasien mengikuti pemeriksaan gigi dan gusi gratis selama tiga hari penyelenggaraan BKGN.

“Kami berharap kami bisa memberikan kontribusi terhadap kesehatan gigi nasional dengan memberikan pelayanan pemeriksaan gigi anak dan dewasa serta memberikan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan gusi,” tandasnya.

FKG dan RSGM Unair juga berharap, dengan rangkaian BKGN 2025 itu, kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan gusi bisa meningkat. (ris/saf/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Selasa, 18 November 2025
28o
Kurs