Jumat, 21 November 2025

Tak Ada Jalan Pulang bagi Kholil Usai Erupsi Semeru Meluluhlantakkan Desanya

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Kholil (67 tahun) warga Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo saat ditemui di pengungsian SMPN 2 Pronojiwo Lumajang, Jumat (21/11/2025). Foto: Wildan suarasurabaya.net

Kholil (67 tahun) menatap kosong langit mendung pagi itu. Ia hanya duduk bersandar dengan wajah lesu sambil menghabiskan satu puntung rokok di lokasi pengungsian SMPN 2 Pronojiwo.

Matanya nampak berkaca-kaca sambil menatap ke arah Gunung Semeru yang meluluhlantakkan Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo. Rumah lansia 67 tahun itu ada di sana.

Saat dihampiri suarasurabaya.net, Jumat (21/11/2025) pagi, Kholil tersenyum ramah. Perlahan ia mulai mengutarakan detik-detik terjadinya erupsi Semeru yang ditandangi dengan peringatan pukul 15.00 WIB, Rabu (19/11).

“Awalnya turunnya (awan panas) jam 15.00 Itu sudah ada peringatan. Ya pengumuman dari kepala sana, ya jangan buru-buru dilihat dulu gitu. Itu dari lavanya turun harus hati-hati tenang aja dulu,” ujar Kholil.

Tepat satu jam sesudah peringatan erupsi diumumkan. Awan panas guguran (APG) Semeru mulai menerjang dengan radius awal 5 kilometer.

Awan panas pun terus turun mengikuti aliran jalur lahar dengan radius 14 kilometer. Namun karena DAS (daerah aliran sungai) Kali Kobokan terbagi menjadi dua sehingga material tersebut meluber ke Dusun Sumbersari.

Beruntung seluruh warga desa sudah melakukan evakuasi lebih dulu sehingga tidak ada korban meninggal dunia dari peristiwa ini.

“Setelah itu Jam 16.00 WIB parah, iya parah. Saya cek turunnya (lahar) itu terbagi dua ke utara, ke selatan. Kejadiannya itu jam 16.50 WIB (awan panas menerjang Desa Sumbersari),” ujarnya.

Kholil tak banyak berpikir saat mengetahui aliran lahar Semeru bakal meluber ke desanya. Ia langsung berlarian mengikuti jalur evakuasi, tak ada barang berharga yang dibawa, hanya setelan baju, jaket dan sarung.

Ia menghabiskan satu malam di lokasi pengungsian. Lalu keesokan paginya Kholil mencoba melihat kondisi rumahnya. Dusun Sumbersari ternyata diporakporandakan awan panas Semeru.

Tak hanya rumah Kholil. Tempat ketiga anaknya yang sudah berumah tangga di Dusun Kamar A dekat Sumbersari juga tenggelam oleh material vulkanik.

“Semua rumah habis terus arah (Dusun) Gumukmas, (Dusun) Sumbersari rumah saya itu habis juga paginya saya cek ya Allah gitu. Habis, (rumah anak) anak katut (kena) semua habis. Rumah anak saya itu tiga rumah habis semua,” ujarnya.

“Nol, habis lahannya habis. Bersih. Cuma bawa ini yang keluar (nunjuk banu) barang-barang ya ada di rumah sepeda (motor) habis juga satu, punya saya,” imbuhnya.

Kholil masih tak percaya desanya menjadi sasaran luberan awan panas Semeru. Sebab selama ini jalur lahar tak pernah melewati kampungnya. Ini merupakan peristiwa yang pertama kali dialami warga Sumbersari.

“Baru ini. Enggak pernah dilewati. Memang bukan alirannya makanya tenang-tenang aja saya,” ucapnya.

Kholil masih berat menerima kenyataan bahwa rumah dengan ribuan kenangan semasa hidupnya tenggelam dalam sekejap oleh material vulkanik Semeru.

“Enggak nyangka saya kalau mau cerita itu enggak sampai hati. Soalnya kalau saya ngecek itu (rumah saya) habis. Semuanya habis tinggal baju di badan. Enggak bisa. Soalnya kenang-kenangan di rumah itu ya bagaimana kan,” katanya.

Raut wajahnya mulai tak kuasa menahan nestapa di penghujung cerita. Dengan mata berkaca-kaca, ia berharap masih ada jalan untuk pulang ke rumah.

“Mau kemana saya ke depannya, mau kemana? Saya tanya kepada saya sendiri, mau kemana, ada di mana nanti?,” pungkasnya.(wld/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Jumat, 21 November 2025
32o
Kurs