
Dua unggahan berita Suara Surabaya di IG tentang keretakan hubungan bupati–wakil bupati Sidoarjo pasca-mutasi ASN memantik reaksi besar. Dalam kurun kurang dari sehari, terkumpul lebih dari seribu komentar dari publik. Dari jumlah itu, analisis ini menggunakan sampel sekitar seratus komentar yang diambil dari dua postingan dalam rentang 12–24 jam pertama sejak tayang.
Distribusi sentimen menunjukkan arah yang jelas: sekitar 65–70 persen komentar bernada negatif, berupa kritik tajam, sindiran getir, bahkan rasa muak. Sekitar 20 persen komentar bernuansa netral atau satir, mengemas kritik dalam bentuk humor atau plesetan. Hanya 10–15 persen komentar yang bernada positif atau dukungan, dan itu pun cenderung bersifat personal, bukan legitimasi terhadap institusi pemerintahan daerah.
Jika angka-angka ini dimaknai secara kualitatif, terlihat bahwa publik mulai kehilangan kepercayaan pada kepemimpinan. Kata “auto pilot” berulang kali muncul, menjadi simbol bahwa masyarakat menilai roda pemerintahan berjalan tanpa arah yang jelas.
Meski begitu, kritik yang keras justru menjadi bukti bahwa harapan belum padam. Warga menyebut soal macet Gedangan, banjir yang berulang, dan jalan rusak. Semuanya keluhan nyata yang menunjukkan kerinduan pada solusi konkret. Ada pula komentar yang mengingatkan agar pemimpin berhenti bertengkar dan mulai bekerja, sinyal bahwa rakyat masih mengetuk pintu.
Metodologi ini menggunakan teknik coding sentimen dengan sampel seratus komentar dari total sekitar seribu. Proses seleksi dan analisisnya dibantu dengan kecerdasan buatan. Dengan margin of error sekitar ±10 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, hasil ini memberi indikasi kuat meski bukan representasi mutlak seluruh warga Sidoarjo.
Karena berbasis self-selection, komentar publik di media sosial cenderung lebih emosional daripada percakapan sehari-hari. Karena itu, temuan ini sebaiknya dibaca sebagai alarm dini, bukan vonis final.
Dengan alarm dini di komentar dua postingan tersebut, refleksinya sederhana: kepercayaan bisa runtuh, tapi harapan sulit dipadamkan. Publik tidak meminta hal yang muluk, mereka hanya ingin pemimpin yang berhenti sibuk bertikai dan mulai sibuk bekerja.
Ketika suara publik berpadu antara sinisme dan kerinduan, di situlah kesempatan untuk membalik keadaan. Sidoarjo tidak boleh selamanya dicap sebagai daerah auto pilot, melainkan harus kembali berdiri sebagai rumah harapan warganya.
Eddy Prastyo | Editor in Chief | Suara Surabaya Media
“Dari sinisme rakyat lahir kerinduan akan pemimpin yang benar-benar bekerja, bukan bersengketa”