Sabtu, 7 Juni 2025
Hotel Aryaduta Surabaya

Menangkap Pebisnis Proyek Mercusuar

Laporan oleh Noer Soetantini
Bagikan

Keberadaan proyek mercusuar Indonesia di Bojonegoro akan membuat Surabaya dan daerah sekitarnya ‘kebanjiran’ kontraktor dan supplier. Para kontraktor tersebut akan membutuhkan akomodasi di Surabaya, yang lokasinya mudah diakses dari maupun ke Bojonegoro.

Peluang inilah yang ditangkap Hotel Aryaduta untuk mengembangkan bisnisnya di Surabaya dengan memilih lokasi di komplek City of Tomorrow (CiTo). Hotel berbintang lima ini mengandalkan target lokasi strategis disamping produk dan layanan.

KRISHNADI Chief Operational Officer Hotel Aryaduta pada suarasurabaya.net, Kamis (25/01), usai Signing Up dengan PT Lippo Karawaci Tbk –pengembang CiTo–, mengatakan, meski kondisi mikro ekonomi masih menjadi tanda tanya besar, tapi tetap kembali pada masing-masing daerah. Misalnya saja Bojonegoro yang memiliki proyek minyak terbesar di Indonesia dan tidak akan selesai dikerjakan dalam kurun 30 tahun.

Melihat sumbernya cukup besar, tentu ini mendatangkan kontraktor dan supplier. “Di daerah proyek, mereka mempunyai air trip tapi setelah kita tinjau, tidak bisa dilandasi pesawat komersial. Mau tidak mau, harus tetap melalui Bandara Juanda. Untuk menuju ke Bojonegoro butuh waktu meski sekalipun ada jalan tol menuju Bojonegoro. Bisa diprediksi bahwa Surabaya akan dibanjiri pebisnis yang mengejar kue besar itu,”paparnya.
KRISHNADI menunjukkan pengalaman seperti di Riau saat ada eksplorasi Caltex juga kebanjiran pebisnis. Bahkan saat ini saja, meski persediaan sudah menipis, Riau masih dibanjiri investor dan supplier.

Jumlah ekspatriat yang datang di Bojonegoro, kata KRISHNADI, sekitar 3000 orang dan mereka tinggal di lokasi proyek. “Tapi saat weekend, para ekspatriat akan berlibur dan satu diantara tujuannya adalah ke Surabaya. Lokasi Aryaduta berada antara Bandara Juanda dan persimpangan menuju kemana saja orang akan bepergian,”tukasnya.

Peluang lain yang dibidik, ungkap KRISHNADI, para pebisnis dari luar Surabaya. Setiap yang datang ke Surabaya pasti akan berbisnis. Bagi yang berurusan dengan government atau kantor yang berlokasi di CBD Surabaya, tentu memilih hotel di tengah kota. Sementara yang berurusan dengan Bojonegoro misalnya, kemungkinan tidak memilih akomadasi yang ada di tengah kota.

KRISHNADI menargetkan tingkat okupansi pada tahun pertama setelah beroperasi awal 2008, sebesar 50%. Tahun kedua bisa di atas angka 70%.

Terkait dengan investasi Aryaduta Surabaya, KRISHNADI menyebut besarannya sesuai standar normal bukan standar dunia. Biasanya, standar normal investasi per kamar US$ 100 ribu, sedangkan standar dunia mencapai US$ 125 ribu hingga US$ 150 ribu.

Standar normal tersebut disiasati dengan memakai bahan lokal, seperti kayu dan keramik, yang cukup tahan lama dan dari segi keamanan memadai. Dikombinasikan dengan menggunakan desainer interior kelas dunia sehingga terlihat indah. Tinggal tergantung kemudian pengembangan fasilitasnya seperti resto dan real spa.

“Kita akan menyediakan real spa dilengkapi aqua treatment. Saat ini sedang dicari nilai ekonomisnya karena bagaimana pun terkait ke nilai investasinya. Diperkirakan, investasi akan BEP sekitar 5-10 tahun,”pungkasnya.

Teks foto :
1. KRISHNADI (kanan) bersama AGUS SUTANTO Preskom PT Surya Mitra Jaya kontraktor Aryaduta Surabaya
2. Usai signing up manajemen PT Lippo Karawaci Tbk dengan COO Hotel Aryaduta (paling kiri)
Foto : TITIN suarasurabaya.net

Bagikan
Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Avanza Terbalik Usai Tabrak 2 Mobil Parkir

Surabaya
Sabtu, 7 Juni 2025
30o
Kurs