Jumat, 26 April 2024
#BhinnekaMeraihCita

Ayo Kerja, Bonus Demografi untuk Perangi Krisis Ekonomi

Laporan oleh Fatkhurohman Taufik
Bagikan
Ilustrasi. Pengunjung padati Surabaya Urban Culture Festival 2015. Foto: Denza Perdana/Dok. suarasurabaya.net

Bonus demografi mulai dirasakan Indonesia. Sebuah bonus yang diyakini akan sangat menguntungkan karena berubahnya struktur usia penduduk dan menurunnya beban ketergantungan, dimana mayoritas penduduk Indonesia saat ini didominasi usia produktif.

“Secara nasional bangsa ini mulai merasakannya, tapi di Jatim sendiri kita sebenarnya sudah mulai merasakan bonus ini sejak awal 2010,” kata Soekarwo, Gubernur Jawa Timur, usai mengikuti upacara peringatan detik-detik proklamasi di Grahadi, Senin (17/8/2015).

Bonus inipula yang menjadi satu bagian yang menjadikan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur selalu berada di atas rata-rata nasional dan selau mencapai 7 persen pertahun.

Menurut dia, bonus demografi akan menjadi pilar peningkatan produktifitas dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan SDM yang produktif. Di Jawa Timur, fenomena ini terjadi karena proses transisi demografi yang berkembang sejak beberapa tahun yang lalu, yang dipercepat oleh keberhasilan dalam menurunkan tingkat fertilitas, meningkatkan kualitas di bidang pendidikan dan kesehatan serta suksesnya program-program pembangunan.

“Ketika angka fertilitas menurun, pertumbuhan per kapita untuk memenuhi kebutuhan penduduk usia anak-anak dapat dialihkan untuk peningkatan mutu manusia,” ujarnya.

Pada saat yang sama, jumlah anak yang mulai menurun, membuka peluang bagi perempuan untuk masuk ke pasar kerja yang tentunya akan meningkatkan produktifitas keluarga. Dari struktur penduduk yang ada, rasio ketergantungan ini mulai menurun sejak tahun 1990 dan puncaknya diperkirakan akan dicapai sekitar tahun 2020, dimana rasio ketergantungan ini ada pada angka terendah yaitu 43,7.

Pertanyaannya, apakah Bonus Demografi yang sudah Nampak di depan mata, dibiarkan berlalu tanpa melakukan upaya-upaya yang kongkrit untuk mendapatkannya? Apakah penduduk usia produktif yang besar ini dibiarkan bermalas-malasan? atau mereka hanyalah SDM yang berkualitas rendah karena hanya berpendidikan SD atau SLTP yang tidak mempunyai keterampilan?.

“Ini setidaknya bisa dijawab dengan tema perayaan ulang tahun kemerdekaan ini yaitu “Ayo Kerja,” kata Soekarwo. Ayo kerja juga harus mampu menciptakan peluang-peluang dan sentra-sentra kerja baru.

Jawa Timur sendiri setidaknya telah memetakan beberapa langkah yang harus dilakukan guna memaksimalkan adanya bonus demografi di antaranya adalah dengan meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan, mengendalikan jumlah penduduk, serta mendukung fleksibilitas tenaga kerja dan pasar, keterbukaan perdagangan dan saving nasional.

Sementara itu Kresnayana Yahya, Chairperson Enciety Business Consult mengatakan, bonus demografi juga harus dicarikan solusi bagi masalah yang timbul akibat berakhirnya bonus ini dengan meningkatnya jumlah lansia.

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk lansia di Indonesia tercatat 7,89 persen, menyusul balita sebesar 10,09 persen. Sedangkan usia dewasa mencapai 52,63 persen dan usia sekolah mencapai 29,39 persen. Walhasil, struktur piramida penduduk Indonesia tahun 2015-2030 mendatang masih akan didominasi usia produktif.

Perubahan struktur umur penduduk ini, kata dia, merupakan dampak sukses pembangunan kependudukan antara tahun 1970-2000. “Penurunan kelahiran menurunkan proporsi jumlah anak di bawah 15 tahun. Kemudian, penurunan kematian bayi meningkatkan jumlah bayi tetap hidup ke usia dewasa,” kata dia.

Kresna melihat bonus demografi ini harus dijadikan window of opportunity yang dapat dimanfaatkan untuk menaikkan kesejahteraan masyarakat, sebab, bonus demografi hanya terjadi satu kali dalam sejarah suatu penduduk.

Dosen statistik Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya ini mengatakan, ekonomi kreatif menjadi solusi utama menjawab peluang bonus demografi. Karena, pegawai dengan Upah Minimum Kota (UMK) tidak akan mampu membuat ketahanan hidup sejahtera.

“Di Swedia, pekerja usia produktif 30-40 tahun justru didorong ke ekonomi kreatif. Mereka diberi pelatihan supaya siap untuk keluar jadi pegawai, lalu masuk ke sektor-sektor lain seperti pariwisata dan teknologi informasi,” kata dia.

Keluar dari Krisis di Tengah Bonus Demografi

Menurut Soekarwo, Gubernur Jawa Timur, krisis ekonomi yang kini melanda dunia terutama Indonesia harus segera dicarikan solusi alternatif jika tidak ingin kesejahteraan rakyat akibat bonus demografi hilang begitu saja.

“Prinsipnya ekspor dan impor harus seimbang. Di Jatim misalnya, ekspor dan impor kita sepanjang Januari hingga Juni 2015 minus Rp35 triliun,” kata dia.

Beruntung, Jawa Timur masih memiliki ribuan pelaku usaha kecil mikro yang mampu memaksimalkan potensi perdagangan antar pulau atau antar provinsi. Dari sektor perdagangan domestik antar pulau ini, sejak Januari hingga Juni, mampu menghasilkan perputaran uang hingga Rp56 triliun. “Perdagangan antar pulau ini yang menutup minus Rp35 triliun dari sektor ekspor dan impor,” kata dia.

Sektor UMKM inipula yang kini sedang didorong untuk memunculkan industri-industri kreatif baru sehingga bonus demografi yang kini dialami Jawa Timur juga bisa dimaksimalkan untuk membendung krisis ekonomi. Apalagi, masyarakat ekonomi ASEAN juga tidak bisa begitu saja dibiarkan. (fik/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
26o
Kurs