Minggu, 19 Mei 2024

Chairul Tanjung: Generasi Baby Boomer Akan Lebih Banyak Dzikir

Laporan oleh Agung Hari Baskoro
Bagikan
Chairul Tanjung Chairman CT Corps ketika menjadi pembicara dalam Konvensi Media Massa yang menjadi rangkaian perayaan Hari Pers Nasional di Hotel Sheraton, Surabaya pada Jumat (8/2/2019). Foto: Baskoro suarasurabaya.net

Digitalisasi di media massa membuat fenomena “Winner Takes all Market” menjadi sebuah keniscayaan yang pasti terjadi. Ini dikatakan Chairul Tanjung Chairman CT Corps ketika menjadi pembicara dalam Konvensi Media Massa yang menjadi rangkaian perayaan Hari Pers Nasional di Hotel Sheraton, Surabaya pada Jumat (8/2/2019).

“Itu sunatullah yang pasti terjadi. Dulu, email pasti kenalnya Yahoo. Google dulu pernah ingin dibeli oleh yahoo, tapi gak jadi. Sekarang, Google lebih tinggi. Pertanyaannya, dimana Yahoo sekarang?” katanya.

Ia menjelaskan, setidaknya ada dua hal penting untuk memahami digitalisasi yang terjadi pada industri media massa, yaitu perubahan demografi dan disrupsi teknologi.

Perubahan demografi dipahami sebagai perbedaan perilaku yang signifikan antara generasi Baby Boomer dan generasi X, Y saat ini. Padahal, generasi terbaru, yaitu X dan Y merupakan generasi yang akan menguasai pasar masa depan.

“Mereka (generasi X dan Y, red) yang akan mengusai pasar. Generasi baby boomer akan lebih banyak dzikir,” kata Chairul Tanjung sambil berkelakar.

Ia menyebut, generasi X dan Y adalah generasi yang sangat tergantung pada teknologi digital, seperti smart phone. Ketergantungan inilah yang akhirnya penggeser juga gaya hidup masyarakat dan pada akhirnya berdampak pada gangguan media massa.

“Demografi ternyata merubah gaya hidup, dan kita harus merubahnya. Kalau tidak, media kita akan kehilangan audience,” ujarnya.

Ia menegaskan, disrupsi di era digital lebih berbahaya. Disrupsi sekarang bersifat lebih cepat, lebih sering, dan lebih besar. Ia mencontohkan pengalaman Uber, yang berhasil mencapai nilai valuasi sama dengan BMW hanya dalam waktu 6 tahun. Padahal, BMW membutuhkan waktu selama 100 tahun.

Media massa harus mewaspadai new media seperti Google, Facebook, dan Alibaba yang saat ini menguasai 61% digital adspend. Padahal, menurut Chairul Tanjung, platform-platform ini bukanlah media massa, tapi mendapat konten-konten dari media massa.

“Google , Facebook, Alibaba, mendapat konten dari media. Jangan dikasih, Orang medianya sendiri yang bodoh. Mereka mendapatkan lebih, dari yang kita dapat,” ujarnya sambi tersenyum.

Media massa dalam induatri periklanan juga mendapat tantangan dari fenomena personalized everything yang saat ini setiap orang bisa memiliki media masing-masing. Sehingga, banyak pengiklan yang memilih mengambil iklan di influencer daripada media massa.

Diakhir, Chairul Tanjung mengingatkan, media massa perlu melakukan reinvent bisnis model yang dimiliki. Menurutnya, media massa perlu melakukan adaptasi dengan gangguan yang ada dan berkolaborasi menciptakan konvergensi media. (bas/rst)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya
Surabaya
Minggu, 19 Mei 2024
30o
Kurs