“Adanya disparitas harga antara BBM subsidi dengan BBM industri semakin menambah bandit. Pemerintah harus berani mendorong penyesuaian harga BBM,” ujar Maman sapaan akrabnya, seperti yang dikutip Antara, Rabu (24/8/2022).
Menurutnya, penyesuaian harga BBM dapat dilakukan dengan menaikkan harga BBM subsidi atau menurunkan harga BBM industri, sehingga disparitas harga kedua jenis BBM tersebut tidak terlampau jauh.
Saat ini harga BBM subsidi jenis Solar hanya dijual Rp5.150 per liter, sedangkan Solar industri mencapai Rp21.500 per liter. Artinya, ada selisih harga Rp16.350 per liter.
Maman mengungkapkan, kondisi di daerah yang banyak antrean truk mengisi Solar di SPBU. Menurutnya, truk-truk itu adalah kendaraan yang tangkinya sudah dimanipulasi yang bisanya kapasitas BBM maksimal satu truk adalah 100 liter yang diubah menjadi 200 liter bahkan 300 liter.
Ia menyampaikan, bahwa truk yang telah mendapatkan Solar subsidi kemudian dijual kepada penampung yang dibekingi oleh oknum aparat di daerah.
Harga Solar subsidi Rp5.150 per liter dihargai para penampung sekitar Rp9.000 sampai Rp10.000 per liter, maka keuntungan yang diperoleh kurang lebih Rp4.000 sampai Rp5.000 per liter.
Apabila satu truk dengan kapasitas tangki 100 liter, maka keuntungan yang diperoleh mencapai Rp500.000 dalam sekali antre di SPBU.
Menurut Maman, nelayan seharusnya mendapatkan Solar subsidi, tetapi faktanya karena nelayan membutuhkan rekomendasi dari institusi setempat, akhirnya mau tidak mau mereka harus membeli Solar subsidi dengan harga mahal.
Ia meminta agar pemerintah mengubah skema penyaluran subsidi BBM, dari subsidi produk menjadi subsidi langsung melalui bantuan langsung tunai supaya tepat sasaran.
“Kami dorong hari ini adalah mengubah metode subsidi yang tadinya subsidi langsung kepada produk, kini diubah langsung kepada masyarakat. Kita berikan masyarakat kemampuan untuk membeli BBM dan membeli elpiji,” pungkas Maman. (ant/des/ipg)