Senin, 20 Mei 2024

Pengamat: YouTube Jadi Jaminan Utang di Bank untuk Menangkap Peluang Ekonomi Digital

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ilustrasi. Siluet pengguna perangkat mobile terlihat di sebelah proyeksi layar logo Youtube. Foto: Reuters

Rahmat Setiawan Pakar Keuangan Perbankan Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga (Unair) menilai kebijakan pemerintah yang membolehkan kekayaan intelektual seperti lagu, film, hingga lukisan termasuk konten YouTube jadi objek jaminan utang sebagai respon berkembangnya ekonomi digital.

“YouTube sekarang jadi primadona, banyak muncul artis yang membesarkan dirinya sendiri melalui channel YouTube. Sehingga nilai sebuah konten YouTube yang viewersnya jutaan bisa menghasilkan uang miliaran perbulan. Pemerintah menangkap ini sebagai satu peluang untuk memperlancar siapapun yang ingin mengembangkan bisnis digitalnya,” kata Rahmat saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Kamis (21/7/2022).

Konten YouTube, menurut Rahmat, dapat dikategorikan sebagai aset produktif karena potensi pundi-pundi rupiahnya tinggi apabila penontonnya mencapai jutaaan. Sehingga nilainya bisa disamakan dengan aset produktif lainnya seperti properti, saham, mesin dan pabrik.

“Konten YouTube secara riil bisa menghasilkan pendapatan dan laba bagi pemilik konten, sehingga disamakan statusnya sebagai jaminan,” jelasnya.

Untuk dapat menjadikan YouTube sebagai jaminan kredit di bank, pembuat konten harus mendaftarkan channelnya di Kementerian Hukum dan HAM untuk mendapatkan hak kekayaan intelektual (HKI). Nanti sertifikatnya yang akan dijaminkan untuk mendapat kredit di bank.

Sedangkan untuk teknis pengajuan akun YouTube sebagai jaminan utang, Rahmat menjelaskan, masih belum ada alur yang pasti. Namun ia memastikan kebijakan ini legal karena sudah diatur di dalam PP Nomor 24 Tahun 2022 tentang Ekonomi Kreatif.

“Kalau di bank ada namanya analisis kredit, biasanya kita mau ngajukan kredit properti untuk menilai kelayakan kita atas kredit itu ada pihak ketiga yang jadi penilai. Pihak penilai yang akan mengukur apakah kemampuan finansialnya layak, lalu jaminan yang diajukan layak atau tidak. Sehingga analisis ekonominya bisa diprediksi,” pungkasnya.(dfn/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya
Kurs
Exit mobile version