Kamis, 2 Mei 2024

Awal Pekan Rupiah Berpotensi Melemah Imbas Hasil Obligasi AS

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi - Petugas menunjukkan mata uang Rupiah dan Dolar AS di pusat sebuah bank di Jakarta. Foto: Antara Ilustrasi - Petugas menunjukkan mata uang Rupiah dan Dolar AS di pusat sebuah bank di Jakarta. Foto: Antara

Ariston Tjendra pengamat pasar uang, menyatakan rupiah berpotensi melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (14/8/2023), seiring kenaikan tingkat imbal hasil obligasi Pemerintah AS dan sentimen negatif di pasar keuangan.

Melansir Antara, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (14/8/2023) pagi melemah 0,51 persen atau 78 poin menjadi Rp15.296 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.218 per dolar AS.

“Menguatnya imbal hasil obligasi AS sudah dipicu oleh penurunan peringkat utang AS dan ditambah dengan data inflasi produsen AS di akhir pekan kemarin masih menunjukkan potensi kenaikan inflasi di AS,” ujar Ariston saat dihubungi di Jakarta, Senin.

Data inflasi produsen inti AS pada Juli 2023 sebesar 2,4 persen disebut masih stabil atau belum bergerak turun dibandingkan Juni 2023 yang juga berada pada posisi 2,4 persen.

Penurunan peringkat utang AS telah dilakukan pula oleh Fitch Rating sebanyak satu notch dari AAA menjadi AA+.

“Dengan naiknya imbal hasil obligasi AS, pelaku pasar bisa jadi lebih memilih aset dolar AS dibandingkan rupiah. Selain itu dengan status dolar AS (sebagai) aset aman, isu negatif di perekonomian global seperti perlambatan ekonomi China, perang, dan lain-lain, mendorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan masuk ke aset dolar AS yang memicu penguatan dolar AS,” ungkapnya.

Adapun sentimen negatif di pasar keuangan muncul dalam berbagai berita. Sejumlah berita tersebut adalah potensi default perusahaan properti China yang tidak bisa membayar hutang, tembakan peringatan kapal perang Rusia terhadap kapal kargo yang berusaha masuk ke laut hitam yang bisa memicu gangguan suplai lagi, dan ekspektasi perlambatan ekonomi China.

“Berita-berita tersebut memberikan sentimen negatif ke pasar hari ini dan tentunya sentimen bisa berubah sering dinamika pasar,” kata Ariston. (ant/dvn/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Kamis, 2 Mei 2024
30o
Kurs