Senin, 20 Mei 2024

Ekonomi Indonesia Diprediksi Tetap Tumbuh Signifikan di Tahun Politik

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan

Tren positif pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 diprediksi akan berlanjut walau pun memasuki tahun politik.

Piter Abdullah Redjalam Direktur Eksekutif Segara Institute mengatakan, pesta demokrasi justru memicu banyaknya aktivitas politik yang bisa meningkatkan konsumsi domestik.

“Tahun politik tentu banyak aktivitas politik akan meningkatkan permintaan domestik. Banyak belanja politik seperti bikin spanduk dan lain-lain yang akan meningkatkan perputaran uang. Aktivitas itu pada akhirnya meningkatkan konsumsi,” ujarnya di Jakarta, Selasa (7/2/2023).

Di tengah pelemahan ekonomi dunia, dia bilang Indonesia cukup resilien, dan mampu bertumbuh. Pertumbuhan yang signifikan terjadi seiring pulihnya konsumsi pascapandemi Covid-19, dan pencabutan PPKM.

Selain itu, investasi juga mengalami peningkatan. Bahkan, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan tertinggi sepanjang sejarah di tengah tingginya harga komoditas.

Dengan sejumlah indikator tersebut, Piter optimistis pertumbuhan ekonomi tahun 2023 masih menjanjikan.

“Pertumbuhan ekonomi tahun 2023 diperkirakan dikisaran 4,75-5,25 persen. Meski perekonomian global diyakini melambat, tapi perekonomian Indonesia tetap akan tumbuh positif didorong oleh permintaan domestik dan tingginya harga komoditi. Harga komoditi akan turun, tapi tetap lebih tinggi dibandingkan periode sebelum 2020,” jelasnya.

Untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi guna mendorong pertumbuhan, Piter menyarankan Pemerintah menjaga permintaan domestik atau bahkan memberikan stimulus supaya permintaan domestik meningkat. Terutama menjaga daya beli masyarakat.

“Di sisi lain, Pemerintah juga perlu mendorong investasi. Kebijakan hilirisasi adalah salah satu kebijakan yg sudah tepat dan perlu dilanjutkan,” kata Piter.

Sebelumnya, Airlangga Hartarto Menteri Koordinator bidang Perekonomian mengumumkan capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 mencapai 5,3 persen.

Pertumbuhan itu tercatat paling tinggi selama masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.

“Secara kumulatif, di Tahun 2022 ekonomi mampu tumbuh di angka 5,31 persen, pertumbuhan ity jauh lebih tinggi dari angka sebelum Covid-19 yaitu yang rata-rata lima persen sebelum pandemi. Itu merupakan angka yang tertinggi sejak masa pemerintahan Presiden Joko Widodo,” ucapnya di Jakarta, Senin (6/2/2023).

Airlangga menambahkan, pertumbuhan ekonomi antara lain didorong sektor konsumsi, investasi, industri pengolahan dan pariwisata.

Hal senada diungkapkan Eko Listiyanto Wakil Direktur Institute For Development of Economics and Finance (INDEF). Dia menilai tahun politik akan berpengaruh pada ekonomi, terutama kalau Pemilu 2024 memakai sistem proporsional terbuka.

Eko menjelaskan pengaruh itu memang tidak terlalu besar kalau dilihat secara makro. Tapi, secara mikro akan cukup membantu sektor tertentu.

Tahun politik akan mendorong pertumbuhan sektor tertentu. Ekonomi dalam negeri akan terbantu terutama dari sektor-sektor industri yang berkaitan dengan hajat politik.

“Kalau dari sisi makro, tentu ada, pembelanjaan dari kontestan akan masuk menggerakkan ekonomi. Mungkin tidak akan terlalu besar. Walau pun secara makro tidak terlalu besar, menariknya pada sektor-sektor tertentu akan menstimulus ekonomi,” terangnya.

Faktor lain, Pilpres 2024 tidak akan diikuti petahana. Pasangan calon presiden-wakil presiden yang bakal maju adalah wajah baru. Biasanya, lanjut Eko, kampanye terbuka akan berdampak pada industri kreatif melibatkan pelaku ekonomi kreatif.

“Apalagi ini calon presiden belum tertebak, semua baru. Itu akan lebih banyak pemberitaan, dan akan lebih dinamis,” pungkasnya.(rid)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya
Kurs
Exit mobile version