Minggu, 28 April 2024

Pakar Keuangan Sebut Potensi Bank Asing Hengkang dari Indonesia Cukup Besar pada 2024

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Citibank Indonesia resmi menutup bisnis consumer banking setelah penjualan aset dan liabilitas pada PT Bank UOB Indonesia. Foto: Reuters

Citibank N.A. Indonesia resmi menutup bisnis consumer banking setelah penjualan aset dan liabilitas pada PT Bank UOB Indonesia. Pengalihan aset dan liabilitas consumer banking Citibank ke UOB Indonesia, berlaku efektif mulai 18 November 2023.

Usai penjualan, Citi Indonesia ke depannya akan fokus ke bisnis corporate banking dan tetap menyalurkan kredit consumer secara tidak langsung. Penjualan bisnis ritel itu sejalan dengan strategi global Citigroup, di mana hanya beberapa bisnis consumer dan retail di luar Amerika Utara yang akan tetap beroperasi.

Bukan hanya Citigroup yang menutup bisnis konsumernya di Indonesia. Standart Chartered Bank Indonesia (SCBI) Bank asing asal Inggris, sedang menjual kredit ritelnya ke PT Bank Danamon Indonesia. Prosesnya diprakirakan selesai kuartal IV-2023.

Selain itu, PT OCBC NISP meneken pembelian saham 99,00% PT Bank Commonwealth (PTBC) milik Commonwealth Bank Australia (CBA). Penjualan saham ini sejalan dengan strategi CBA untuk menjadi lebih efisien dan lebih baik, dengan berfokus pada bisnis domestik di Australia dan Selandia Baru.

Nasib serupa juga terjadi pada Rabobank Indonesia pada 2019 lalu yang diakuisisi PT Bank Central Asia Tbk. melalui anak usaha BCA, BCA Finance.

Kemudian pada 2018, PT Bank ANZ Indonesia asal Australia, resmi melepas bisnis ritel mereka di Indonesia kepada PT Bank DBS Indonesia asal Singapura. ANZ Indonesia sendiri telah berdiri Indonesia sejak 1973.

Terkait maraknya bank asing yang meninggalkan Indonesia, Rahmat Setiawan Pakar Keuangan Perbankan dari Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga (Unair) menjelaskan, hengkangnya Citibank tak lepas dari kebijakan dari perusahaan.

Menurut Rahmat, hengkangnya Citibank pantas menjadi isu yang sangat menarik untuk diangkat. Sebab bank asal Amerika Serikat ini sudah ada di Indonesia sekitar 1968 lampau. Citibank juga punya image kuat sebagai raja kartu kredit. Selain itu, mereka punya sekitar dua juta nasabah.

“Sejak 2021, isu hengkangnya Citibank itu mencuat. Tepatnya setelah terjadinya pergantian CEO. CEO baru ini punya visi, salah satunya keluar dari 13 negara, termasuk Indonesia,” terang Rahmat dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya, Selasa (28/11/2023) pagi.

Rahmat menegaskan, hengkangnya Citibank tidak dipengaruhi oleh kondisi di Indonesia. Situasi ini murni kebijakan dari kantor pusat. Menurutnya, Citibank tampaknya berfokus ke pusat-pusat keuangan international, seperti Singapura, London, New York, dan Tokyo.

“Meski bisnis di Indonesia masih cuan, akan tetapi mereka punya blueprint yang telah diputuskan. Sehingga mereka memutuskan untuk memutup kantor cabang di Indonesia dan belasan negara lainnya,” terangnya.

Rahmat juga menyoroti pembelian saham 99,00% PT Bank Commonwealth (PTBC) milik Commonwealth Bank Australia (CBA) oleh PT OCBC NISP. Ia menyebut kasus di Commonwealth berbeda dengan Citibank.

“Commonwealth merugi sekian lama dalam menjalankan bisnis di Indonesia. Apalagi mereka bukan kantor cabang, tapi anak perusahaan. Karena sudah lama berdarah-darah, mau tidak mau harus ditutup,” jelas Rahmat.

Uniknya, baik Citibank maupun Commonwealth Bank diakuisisi oleh bank asal Singapura. “Kalau dicermati lebih mendalam, bank asing hengkang tapi asetnya dijual ke bank asing juga,” imbuhnya.

Rahmat menambahkan, hengkangnya bank asing tidak meninggalkan kerugian besar untuk Indonesia. Sebab market size-nya juga tidak terlalu besar. Justru hengkangnya bank asing dari Indonesia adalah kesempatan dari bank lokal untuk mengganti peran bank asing.

“Bank lokal harus melebarkan bisnis internasionalnya. Mereka tidak boleh hanya menjadi pemain di dalam negeri. Bank lokal harus menggarap pasar untuk memfasilitasi ekspor dan impor. Jadi mereka harus jemput bola,” jelasnya.

Terkait peluang bank asing lainnya yang hengkang pada tahun depan, Rahmat menyebut potensi tersebut sangat besar. Apalagi 2024 adalah tahun politik. Ada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 di sana.

“Opini saya, 2024 adalah tahun yang tidak pasti. Saya percaya bank asing yang sudah punya niat untuk hengkang, mereka akan hengkang. Mereka akan menunggu hasil Pemilu, dan potensi memanasnya politik untuk lima tahun ke depan seperti apa,” urainya. (saf/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Minggu, 28 April 2024
31o
Kurs